Sumsel Surplus Beras, Petani Padi Malah Merana

Di tengah kondisi Sumsel yang mengalami surplus beras, para petani di Sumsel mengalami kondisi merana karena harga gabah dan beras yang anjlok.

oleh Nefri Inge diperbarui 02 Apr 2021, 02:53 WIB
Diterbitkan 22 Mar 2021, 17:30 WIB
Sumsel Surplus Beras, Petani Padi Malah Merana
Sutoyo (52), salah satu petani padi di Desa Nusakarta Jalur 27 Kecamatan Air Sugihan Kabupaten OKI Sumsel yang menunjukkan beras hasil panennya yang mengalami penurunan harga jual (Liputan6.com / Nefri Inge)

Liputan6.com, Palembang - Panen raya padi dari beberapa kabupaten di Sumatera Selatan (Sumsel), membuat penyerapan gabah kering panen (GKP) oleh PU Bulog Sumsel Babel mengalami kenaikan.

Penyerapan yang tinggi membuat Bulog Sumsel Babel berada di urutan ke-3 setelah Jawa Timur (Jatim) dan Jawa Tengah (Jateng). Kondisi ini cukup menggembirakan, di tengah gencarnya isu impor beras ke Indonesia.

Namun saat Sumsel mengalami surplus beras, malah membuat para petani padi di Sumsel merana. Pasalnya, harga jual GKP di Sumsel menurun drastis dari Harga Pembelian Pemerintah (HPP).

Sutoyo (52), salah satu petani padi di Desa Nusakarta Jalur 27 Kecamatan Air Sugihan Kabupaten OKI Sumsel merasakan, panen padi kali ini tidak membawa kabar baik baginya dan petani padi lainnya.

Harga jual gabah padi pun menurun drastis, seiring dengan produksi padi yang anjlok dari 7 ton per hektare, yang kini hanya 5-6 ton per hektare.

"Biasanya harga gabah padi bisa mencapai Rp4.000-an per Kg. Namun sekarang menurun di angka Rp3.600 per Kg. Lalu harga beras kini Rp7.500 per Kg dan Rp7.600 per Kg untuk beras putih," ucapnya, Senin (22/3/2021).

Padahal dulu harganya, bisa mencapai Rp8.000 hingga Rp8.500 per Kg. Harga tersebut diturunkan oleh pihak pengelola gudang penampung padi dan beras.

Kondisi ini akhirnya menjadi pembahasan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumsel, dalam acara Kunjungan Kerja Badan Legislatif DPR RI dalam rangka pemantauan dan peninjauan terhadap UU No.18 tahun 2012 tentang Pangan di Sumsel, di Graha Bina Praja Pemprov Sumsel.

Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Hortikultural Sumsel Rusuan Bambang Pramono mengatakan, produksi beras per tahun 2020 sebesar 2,8 juta ton. Sedangkan konsumsi beras di Sumsel tahun 2020 hanya sekitar 810.000 ton beras.

“Kita di tahun 2020 saja, ada surplus beras sebesar 2,07 juta ton beras. Tapi bulan Maret 2021 ini, terjadi gonjang-ganjing serapan harga rendah di bawah HPP. Maret ini saja ada surplus 300 ribuan ton beras, sehingga Sumsel tidak perlu impor beras,” katanya.

Dia mengatakan, untuk serapan gabah padi dari petani Sumsel, Bulog Sumsel Babel sudah bekerja cukup optimal, tapi tidak cukup hanya Bulog Sumsel Babel saja yang bekerja.

 

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini :


Harga Gabah Anjlok

Hiruk-pikuk Petani Gorontalo Sambut Musim Panen dengan Bergotong royong
Petani menggiling saat musim panen padi di sawah Desa Bube Baru, Kecamatan Suwawa, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo (15/3). Mulai dari menyabit padi hingga sudah menjadi bulir gabah itu semua mengunakan tenaga manusia. (Liputan6.com/Arfandi Ibrahim)

“Diharapkan pemerintah pusat juga harus menyerap sebanyak mungkin panen raya di Sumsel. Saat ini, GKP di petani padi Sumsel sebesar Rp3.500 – Rp3.900 per Kg. Diharapkan harga sesuai HPP sebesar Rp4.200 per Kg,” ucapnya.

Menurutnya, Gubernur Sumsel Herman Deru juga mendorong percepatan serapan dari pusat. Diharapkan minggu depan, ada pejabat dari dua kementrian yang menggelar panen di Sumsel. Hal tersebut sebagai percepatan serapan gabah dan stabilisasi harga setelah panen di Sumsel.

Dia mengatakan, percepatan serapan juga tidak hanya menyasar ke pemerintah pusat saja. Tapi di beberapa provinsi terdekat di Sumsel, seperti Bangka Belitung yang bisa menyerap pangan Sumsel.


Kualitas Beras Sumsel

Sumsel Surplus Beras, Petani Padi Malah Merana
Kunjungan Kerja Badan Legislatif DPR RI dalam rangka pemantauan dan peninjauan terhadap UU No.18 tahun 2012 tentang Pangan di Sumsel, di Graha Bina Praja Pemprov Sumsel (Liputan6.com / Nefri Inge)

“Tidak hanya di Sumsel saja, tapi di Lampung dan Jambi juga panen raya. Permasalahan sekarang, rendahnya harga gabah panen di musim panen ini. Harga tidak tertampung di bulog, harus ada terobosan,” ujarnya.

Kendati bersaing ketat dengan beberapa provinsi yang panen raya, namun Bambang meyakinkan, produktivitas, kualitas dan kuantitas gabah Sumsel cukup baik. Bahkan termasuk daerah unggulan beras berkualitas secara nasional.

Apalagi Sumsel juga dikembangkan berdasarkan spesifikasi lokasi. Dari 17 kabupaten/kota di Sumsel, ada 7 kabupaten penghasil beras, 5 kabupaten penghasil sayur-mayur dan 4 kabupaten penghasil kedelai dan palawija.

 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya