Setitik Cahaya Terang Pembangunan Budaya Literasi di Nagekeo NTT

Para pelajar dan mahasiswa di Nagekeo NTT didorong mau memanfaatkan fasilitas buku dan jurnal elektronik yang tersedia gratis.

oleh Liputan6.com diperbarui 25 Mar 2021, 20:00 WIB
Diterbitkan 25 Mar 2021, 20:00 WIB
Literasi Nagekeo NTT
Peningkatan Indeks Literasi Masyarakat yang diselenggarakan Perpusnas dengan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Nagekeo di Aula Kabupaten Nagekeo, pada Kamis (25/3/2021). (Liputan6.com/ Ist)

Liputan6.com, Nagekeo - Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI mendukung upaya percepatan peningkatan kesejahteraan di Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur melalui literasi. Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando menyatakan dukungan diberikan karena melihat komitmen tinggi dari Bupati Nagekeo Johanes Don Bosco Do terhadap peningkatan literasi masyarakat.

Hal ini disampaikan Syarif Bando dalam gelar wicara Peningkatan Indeks Literasi Masyarakat yang diselenggarakan Perpusnas dengan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Nagekeo di Aula Kabupaten Nagekeo, pada Kamis (25/3/2021).

“Tidak mudah menemukan bapak bupati seperti ini, pemimpin yang mempunyai komitmen seperti ini adalah Lee Kwan Yew yang pada tahun 70-an memimpin Singapura dan mengantarkan Singapura menjadi negara termakmur di dunia saat ini,” jelasnya.

Sinergi antara pemerintah pusat, daerah, dan perguruan tinggi, ujar Syarif, harus dilakukan untuk mengubah Nagekeo dan menyusun format pembangunan melalui literasi di NTT. Dukungan diberikan Perpusnas melalui penandatanganan nota kesepahaman dengan Pemerintah Kabupaten Nagekeo dan perguruan tinggi di Nagekeo yakni Universitas Flores, Universitas Katolik Indonesia Santu Paulus Ruteng, Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Santa Ursula, Sekolah Tinggi Pertanian Flores Bajawa, dan Politeknik St Wilhelmus.

Perpusnas juga memiliki program unggulan transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial. Melalui program tersebut, perpustakaan menjadi tempat pemberdayaan masyarakat dalam meningkatkan keterampilan hidup guna menghasilkan barang dan jasa sehingga kehidupan ekonominya meningkat yang digulirkan sejak 2018.

Syarif Bando menjelaskan, literasi bukan sekadar pengenalan huruf, kata, dan kalimat. Literasi memiliki makna luas dan pada level tertinggi, literasi adalah kemampuan menciptakan barang dan jasa, yang bermutu, yang bisa dipakai kompetisi global. Dia menegaskan kemajuan bangsa dan kemampuan berdaya saing pada revolusi industri, membutuhkan andil perguruan tinggi. Dia mendorong para rektor dan pengajar di perguruan tinggi agar berbenah sehingga bisa mencapai level tertinggi literasi yakni menghasilkan lulusan yang produktif, unggul, dan berdaya saing.

“Apa sih revolusi industri yang dibicarakan semua orang? Revolusi industri, kita dipaksa hidup yang sangat cepat. Jadi teknologi adalah high tech dan di satu sisi kita dipaksa untuk membeli sesuatu yang baru. Coba bayangkan kalau kita tidak berubah sistem pendidikannya di kampus, mohon maaf,” urainya.

Sejumlah fasilitas bebas biaya sudah disediakan Perpusnas untuk mendukung hal tersebut yakni layanan daring iPusnas, e-Resources, dan Khastara. Para pelajar dan mahasiswa di Nagekeo didorong agar memanfaatkan fasilitas buku dan jurnal elektronik yang tersedia.

Bupati Johanes memahami pentingnya literasi sebagai bagian dari pembangunan kehidupan masyarakat. Dua tahun lalu, Kabupaten Nagekeo menyelenggarakan festival literasi tingkat NTT di Mbay. Dan selama dua tahun ini, pihaknya juga terus melakukan gerakan literasi dalam semua elemen, tidak hanya di dunia pendidikan tapi juga masyarakat.

“Gerakan literasi bangsa tidak hanya terbatas pada gerakan literasi nasional berbasis institusi sekolah atau pendidikan. Tapi kita juga melihat ada inisiatif masyarakat yang membangun perpustakaan di wilayah Nagekeo. Inisiatif itu juga kemudian mendorong munculnya perpustakaan desa dan kelurahan,” jelasnya.

Saat ini, sekolah-sekolah di Nagekeo sudah memiliki pojok baca yang menyediakan buku bacaan, tidak hanya buku pelajaran. Sementara untuk masyarakat, pihaknya mendistribusikan bahan bacaan melalui fasilitas perpustakaan yang disediakan di desa dan kelurahan. Selain itu, inisiatif individu yang melakukan gerakan literasi juga didukung agar masyarakat mendapatkan pengetahuan.

“Dan bagi saya perkembangan ini menjadi sangat baik ketika arus informasi begitu deras melalui teknologi IT. Yang kita hadapi ke depan adalah sebagaimana menyiapkan agar informasi yang mengalir deras ini dapat ditangkis melalui institusi pendidikan," katanya.

Jadi sekolah-sekolah mulai dari PAUD sampai perguruan tinggi, kata Johanes, tidak sekadar menjadi penyalur informasi, tapi pada saat yang sama dapat menjadi lembaga yang berperan menyaring informasi yang masuk ke anak didik. Dirinya juga berharap orang tua terutama yang melakukan pembelajaran jarak jauh agar bisa lebih bijaksana dalam memberikan alat komunikasi kepada anak-anaknya.

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya