Kronologi Munculnya Klaster SMAN 4 Pekalongan, Buntut Pegawai Sakit Tak Lapor

Covid-19 klaster SMAN 4 Pekalongan memang diawali dari adanya seorang guru yang dalam kondisi sakit namun tetap masuk bekerja

oleh Liputan6.com diperbarui 03 Jun 2021, 05:30 WIB
Diterbitkan 03 Jun 2021, 05:30 WIB
Siswa SMK Komputama Jeruklegi, Cilacap, Jawa Tengah, berangkat sekolah khusus praktikum. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Siswa SMK Komputama Jeruklegi, Cilacap, Jawa Tengah, berangkat sekolah khusus praktikum. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Pekalongan - Sebanyak 37 guru dan tenaga kependidikan SMA Negeri 4 Kota Pekalongan, Jawa Tengah, terkonfirmasi COVID-19 berdasarkan hasil tes cepat polymerase chain reaction (PCR).

Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah 13 Jawa Tengah, Zumrotul di Pekalongan, di Pekalongan, Rabu, mengatakan muculnya klaster tersebut diawali adanya seorang tenaga pendidik yang diidentifikasi positif COVID-19.

"Akan tetapi, yang bersangkutan tidak memberikan laporan pada sekolah maupun kepala cabang jika dirinya sedang sakit. Bahkan, yang bersangkutan tetap bekerja seperti biasa dan berkumpul dengan rekan-rekanya di sekolah," katanya, dikutip Antara.

Untuk mengantisipasi penyebaran COVID-19 di lingkungan sekolah, pihaknya memutuskan para guru maupun tenaga pendidikan bekerja dari rumah dan isolasi mandiri mulai 2 hingga 11 Juni 2021.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Pekalongan Slamet Budiyanto mengatakan klaster SMAN 4 Pekalongan memang diawali dari adanya seorang guru yang dalam kondisi sakit namun tetap masuk bekerja.

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

Tracing Keluarga Guru dan Pegawai

Memantau Pendaftaran PPDB DKI Jalur Zonasi
Calon peserta didik baru saat menunggu orangtua mereka melakukan pendaftaran PPDB DKI Jalur Zonasi di SMA Negeri 21, Jakarta, Senin (24/6/2019). Pendaftaran PPDB DKI Jakarta Jalur Zonasi SMP-SMA dibuka pada 24-26 Juni 2019 mulai pukul 08.00-16.00 WIB. (merdeka.com/Iqbal Nugroho)

Karena adanya gejala anosmia (indera penciuman tidak berfungsi), kata dia, oleh kepala sekolah setempat yang bersangkutan bersama dua guru lain yang telah kontak erat diminta melakukan tes PCR pada 25 Mei 2021.

"Hasilnya, tiga orang tersebut dinyatakan positif COVID-19. Selanjutnya dilakukan penelurusan kembali kontak erat tiga guru tersebut dengan puluhan guru lainnya dan 37 guru dan tenaga kependidikan yang terkonfirmasi COVID-19," katanya.

Saat ini, pihaknya melakukan pengembangan kembali dengan kesepakatan melakukan tes PCR karena ada sejumlah guru yang belum melakukan tes cepat COVID-19.

"Kami minta guru dan tenaga kependidikan yang positif COVID-19 yang tidak bisa melakukan isolasi mandiri agar isolasi di gedung diklat. Kami juga akan melakukan pengembangan dengan mengidentifikasi keluarga masing-masing," katanya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya