Mengenal Tradisi Sinoman Saat Hajatan di Daerah Jawa, Masih Ada?

Tradisi sinoman dilaksanakan saat adanya hajatan, hari besar, acara keagamaan, bahkan upacara kematian.

oleh Liputan6dotcom diperbarui 06 Jul 2021, 12:01 WIB
Diterbitkan 06 Jul 2021, 11:46 WIB
Pernikahan tradisional
Ilustrasi Pernikahan tradisional Shutterstock.com

Liputan6.com, Jakarta - Tradisi sinoman berasal dari Jawa dan telah bermula sejak abad ke-14. Tradisi sinoman dilaksanakan saat adanya hajatan, hari besar, acara keagamaan, bahkan upacara kematian. Mereka yang membantu itu disebut sinoman, dan aktivitasnya disebut nyinom.

Dalam tradisi itu, anak-anak muda atau ibu-ibu bergotong royong dalam membantu pemilik acara dengan melayani para tamu yang hadir dan mempersiapkan acara secara sukarela. Semangatnya adalah saling bantu atau gotong royong.

Para sinoman memiliki tugas seperti membangun tenda, memasak makanan, menyajikan makanan, menata meja dan kursi, mempersiapkan acara agar dapat berjalan dengan lancar, dan membersihkan makanan sisa ataupun lokasi acara setelah acara selesai.

Para sinoman atau peladen dalam melayani tamu juga memiliki etika yang harus diterapkan seperti adanya tata cara mengantarkan makanan ataupun minuman kepada tamu. Sinoman dengan sukarela melakukan tugasnya seperti ibaratnya pramusaji namun tanpa mengharapkan imbalan apapun. Saat bertugas, sinoman seringnya mengenakan seragam khusus, biasanya kemeja putih celana hitam.

Tradisi sinoman juga bertujuan untuk mempererat tali silaturahmi dan persaudaraan masyarakat melalui interaksi saat bergotong royong selain membantu meringankan beban dari pemilik acara. Tradisi sinoman sangat menjunjung tinggi kebersamaan, solidaritas, gotong royong, persatuan, dan kerukunan.

Tradisi sinoman memiliki dua prinsip yang menjadi dasar dari tradisi tersebut yaitu prinsip sukarela dan prinsip kekeluargaan serta gotong royong. Prinsip sukarela dapat terlihat pada saat para sinoman melaksanakan tugasnya dengan penuh tanggung jawab dan sukarela tanpa ada paksaan dari pihak manapun.

Prinsip kekeluargaan serta gotong royong tercermin pada saat para sinoman melaksanakan tugasnya berlandaskan atas adanya asas kekeluargaan dan gotong royong dalam membantu sesama.

Saat ini tradisi sinoman mulai langka ditemukan. Tradisi tersebut telah tergantikan sistem baru menggelar hajatan, juga penyesuaian dengan pekerjaan yang muncul seiring dengan perkembangan zaman seperti event organizer, katering, dan lainnya.

 (Mellisa Villency Goh, mahasiswa Universitas Prasetiya Mulya)

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan Ini

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya