Puluhan Ribu UMKM di Gorontalo Tumbang karena Covid-19

Sebanyak 29.396 Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Provinsi Gorontalo dilaporkan tumbang selama Pandemi Covid-19.

oleh Arfandi Ibrahim diperbarui 29 Jul 2021, 09:00 WIB
Diterbitkan 29 Jul 2021, 09:00 WIB
Pemilik Usaha Kecil Menengah (UKM) di Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo, Nining Mantali (Arfandi Ibrahim/Liputan6.com)
Pemilik Usaha Kecil Menengah (UKM) di Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo, Nining Mantali (Arfandi Ibrahim/Liputan6.com)

Liputan6.com, Gorontalo Sebanyak 29.396 Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Provinsi Gorontalo dilaporkan tumbang selama pandemi Covid-19. Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian dan Perdagangan (Diskumperindag) Provinsi Gorontalo mencatat, hingga saat ini ada sekitar 31 persen yang terdampak, dari total jumlah 94.829 UMKM di Gorontalo.

"Kami sudah mengusulkan 63.000 UMKM ke pemerintah pusat untuk mendapatkan bantuan Rp1,2 juta per bulan per UMKM," kata Kadis Diskumperindag Risjon Sunge.

"Sejauh ini baru sekitar 30 persen yang masuk rekening," ujarnya.

Dijelaskan Risjon, faktor penyebab runtuhnya UMKM di masa pandemi karena biaya produksi yang tidak sebanding dengan keuntungan penjualan. Produk banyak yang tidak laku terjual, sementara bahan baku harganya melonjak. 

"Bahan yang mereka butuhkan cukup mahal, sementara mereka tidak memiliki modal," katanya.

 

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Simak juga video pilihan berikut:


Respons Gubernur Gorontalo

Dengan kondisi seperti itu, Gubernur Gorontalo Rusli Habibie memerintahkan agar semua sumber daya pemprov diarahkan untuk membantu semua UMKM di Kabupaten Kota. Salah satu yang bisa dimanfaatkan yakni modal usaha dan bantuan sembako dari BAZNAS provinsi.

"Kita punya dana Baznas, selama ini untuk KPM kurang mampu. Kita arahkan dulu membantu UMKM. Kita kasih mereka modal usaha untuk bangkit lagi. Kita kasih juga sembako," perintah Rusli.

Rusli prihatin dengan kondisi ini. Potret terdekat yang ia lihat bagaimana puluhan UMKM yang biasa memasarkan produknya di toko pribadi istrinya banyak yang tidak laris. Produk produk makanan kadaluarsa sebelum sempat dibeli konsumen.

"Ini kasihan juga. Kalau tidak kita intervensi lama lama kolaps semua," pungkasnya.

Sementara salah satu pengusaha UMKM Rizal mengaku, jika selama pandemi pendapatan mereka sangat menurun. Belum lagi saat ini kebijakan pemerintah yang sering berubah-ubah aturannya, hal ini tentu membuat mereka sangat terpuruk.

"Kebijakan ini membuat kami sangat jenuh, apalagi akhir-akhir ini cukup banyak aturan dikeluarkan yang membuat kami semakin susah," kata Rizal

"Kami berharap jangan hanya aturan yang selalu diganti, namun bagaimana pemerintah hadir di saat kami sudah," ia menandaskan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya