Liputan6.com, Gunungkidul - Raut muka lelaki yang menjadi dalang dalam pagelaran wayang kulit tersebut tampak datar. Ki Subardi mengaku sama sekali tidak kecewa ketika pagelaran yang ia lakukan untuk mengusir Covid-19 dari bangsa ini dibubarkan.
Pagelaran Wayang Kulit di Balai Kalurahan Ngleri Kapanewon Playen Gunungkidul dibubarkan oleh petugas gabungan Satgas Covid-19.
Lelaki ini menyadari jika memang harus dibubarkan karena sesuai aturan maka dirinya sangat legowo. Meskipun selama ini mereka para pelaku seni terutama pedalangan sangat menginginkan pagelaran wayang kulit tersebut.
Advertisement
Baca Juga
Ki Subardi mengaku jika order pagelaran wayang kulit di Kelurahan Ngleri ini merupakan pagelaran pertama setelah nyaris 2 tahun pandemi Covid-19 berlangsung. Selama pandemi Covid-19 dirinya sama sekali tidak mendapatkan permintaan untuk mendalang dengan disaksikan penonton secara langsung.
"Kalau streaming pernah. Itu resmi dari Dinas Kebudayaan, Desember tahun lalu. Pakai Danais,"ujar dia.
Subardi menambahkan pihaknya memahami jika penyelenggaraan wayang kulit semalam telah melanggar PPKM. Namun pihaknya hanya selaku pelaku seni yang menerima orderan dari pelanggan. Meskipun mengetahui jika PPKM belum berakhir namun dirinya tak kuasa menolak permintaan dari Sabariman pemilik hajat.
Penyelenggaraan wayang kulit semalam sebetulnya sudah berkali-kali diundur. Rencananya diselenggarakan pada malam 1 suro atau 1 Muharam yang lalu, namun ditunda karena masa PPKM. Kemudian ditunda lagi 10 Muharam, dan akhirnya urung dilakukan.
"Padahal peralatan gamelan dan segalanya sudah di atas truk. Terus jam 13.00 WIB ditelepon, jadi (pentas)," cerita ki dalang.
Ia sebenarnya sempat menanyakan kepada panitia tentang kepastian pementasan tersebut karena masih PPKM. Namun pihak panitia menjamin acaranya akan lancar karena sudah mendapat izin dari Polsek dan sebagainya.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Jual Ternak Demi Bertahan Hidup
Dirinya memang tak kuasa menolak permintaan pentas wayang kulit tersebut karena sejatinya ia sudah menunggunya selama 2 tahun. Jika ia menolak, maka itu mengingkari hati nuraninya.
"Dua tahun kami puasa. Kasihan kami," dia menuturkan.
Ia memahami larangan demi larangan yang dikeluarkan pemerintah memang untuk kebaikan masyarakat sendiri. Namun demikian ia meminta ada solusi bagi para pelaku seni. Karena mereka tidak bisa hidup tanpa mendapatkan pemasukan sama sekali.
Ia mengaku selama 2 tahun pandemi Covid-19, baru mendapatkan bantuan dari pemerintah satu kali. Bantuan tersebut adalah bantuan uang tunai Rp600 ribu. Dan setelah itu, tak ada bantuan lagi termasuk ke anak buahnya yang lain.
"Kru saya itu ada 25 baik sinden (penyanyi) ataupun yang menggamel (penabuh gamelan)," urainya.
Selama 2 tahun ini, warga Padukuhan Timunsari Kalurahan Hargosari Kapanewon Tanjungsari ini telah menjual 4 dari 6 sapi metal miliknya. Pertama ia menjual dua sapi jantan bakalan umur 7 bulan dengan harga Rp14 juta. Yang kedua adalah menjual sapi betina bersama dengan anaknya masing-masing Rp10 juta dan Rp7,5 juta.
"Itu untuk hidup. Kalau tidak dari mana saya hidup. Terus kasihan teman-teman yang tidak memiliki tabungan," ujar dia.
Advertisement