Cerita Desa Labuhan: Ekonomi Berseri di Mangrove yang Lestari

Menghijaukan lahan yang tandus bisa menumbuhkan perekonomian salah satunya lewat ekowisata

oleh Musthofa Aldo diperbarui 29 Agu 2021, 16:00 WIB
Diterbitkan 29 Agu 2021, 16:00 WIB
Taman Pendidikan Mangrove Labuhan
Suasana di Taman Pendidikan Mangrove Desa Labuhan, Tanjungbumi, Bangkalan, Jawa Timur.

Liputan6.com, Bangkalan - Rehabilitasi Mangrove dan terumbu karang, tak hanya membuat lingkungan lestari tapi juga mendatangkan manfaat ekonomi. Kelompok Tani Cemara Sejahtera Desa Labuhan, Kecamatan Tanjungbumi, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur membuktikannya.

Berkat merehabilitasi mangrove dan terumbu karang, perekonomian di desa pesisir itu kini menggeliat. Hutang mangrove yang pada 2014 hanya tersisa 0,6 hektar karena dijadikan tambah ikan, kini kembali hijau dengan bentang luas mencapai 17,5 hektar dalam waktu 7 tahun.

Setelah berhasil merehabilitasi mangrove, warga Labuhan membentuk Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) yang diberi nama Payung Kuning. Kelompok ini berfokus pada konservasi dan tranplantasi terumbu karang yang rusak parah akibat maraknya penggunaan alat tangkap jenis cantrang yang tidak ramah lingkungan bawah laut.

Di mulai sejak 2017, hingga tahun ini mereka telah berhasil membuat 877 fragmen terumbu karang. Konservasi ini berfokus di dua lokasi yaitu di Pulau Ajaib dan kawasan yang diplot menjadi Taman Wisata Terumbu Karang.

Sosok Muhammad Sahril berada dibalik kisah sukses ini. Mantan TKI inilah yang mengetuai kelompok tani Cemara Sejahtera yang fokus merehabilitasi mangrove dan Kelompok Sadar Wisata Payung Kuning yang fokus pada konsevasi terumbu karang.

Menurut Sahril, keberhasilan rehabilitas mangrove dan konservasi terumbu karang itu, banyak dibantu oleh perusahaan minyak dan gas bumi Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore atau PHE WMO.

Sejak 2014, anak usaha milik PT Pertamina ini mengelola blok West Madura Offshore atau Blok WMO yang secara geografis berada di wilayah lepas pantai Desa Labuhan.

Kini, setelah tujuh tahun, Desa Labuhan telah menjadi desa ekowisata dengan nama Taman Pendidikan Mangrove. Sebelum pandemi, ramai wisatawan, baik lokal ataupun mancanegara, berwisata ke sana.

Sejumlah peneliti pun kerap datang karena pada bulan tertentu tiap tahun burung Eropa yang bermigrasi pasti singgah ke hutan mangrove ini.

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

OBOR Pariwisata Bangkalan

Taman Pendidikan Mangrove
Pengunjung bisa mengelilIngi areal hutan mangrove resa Labuhan.

Melihat sukses konservasi di Desa Labuhan itu, PHE WMO dan Pemerintah Kabupaten Bangkalan merancang program one belt one road (Obor) Pariwisata.

Lewat OBOR, desa-desa lain yang masuk dalam tanggung jawab perusahaan, digali potensinya untuk kemudian dikembangkan .

Pada 2019, Pantai Desa Tlangoh yang kotor oleh sampah dibersihkan dengan melibatkan masyarakat. Mereka kemudian dilatih cara menanam cemara udang. Kini pantai Tlangoh menjadi destinasi wisata andalah di Bangkalan.

Selain di Tlangoh, program wisata Sungai Desa Bancaran juga berhasil dikembangkan pada tahun yang sama. 2019. Termasuk pengembangan eco edufarming juga dilakukan Desa Bandangdaja yang dikelola kelompok tani Sangga Buana.

"Dengan berbagai pengembangan ini, tidak hanya menumbuhkan wisata-wisata baru. Tapi menumbuhkan perekonomian lewat jasa-jasa pendukung pariwisata lainnya," kata Iwan Ridwan Faizal, Manager Relations Regional Indonesia Timur Subholding Upstream Pertamina, Sabtu (28/8/2021).

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya