Kisah Pondok Pesantren Waria Yogyakarta dan Wayang dari Sampah Plastik

pondok Pesantren waria Yogyakarta mendapatkan pelatihan membuat wayang dari sampah plastik oleh tim mahasiswa UGM. Pelatihan in mendapat apresiasi dari waria yang ada di pondok pesantren.

oleh Yanuar H diperbarui 04 Sep 2021, 03:30 WIB
Diterbitkan 04 Sep 2021, 03:30 WIB
Serunya Belajar Wayang Kulit Bersama Siswa-siswi Bule
Pagelaran wayang kulit sedang dimainkan oleh siswa siswi di Jakarta Intercultural School (JIS) Elementary, Jakarta, Kamis (2/11). Kegiatan ini menyambut Hari Wayang Dunia yang jatuh pada 7 November 2017. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Liputan6.com, Yogyakarta - Waria di Pondok Pesantren Waria Al-Fatah Yogyakarta akan terus berhubungan dengan wayang setelah tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Wansaplas UGM melakukan pemberdayaan pembuatan wayang hasil daur ulang sampah plastik berbasis QR code sebagai media pembelajaran.

Program pemberdayaan ini bertujuan agar para waria di pondok pesantren yang berada di dusun Calenan, RT 9/RW 2, Jagalan, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta lebih kreatif dalam menciptakan lapangan pekerjaan secara mandiri. 

"Dalam kehidupan sehari-hari, waria sering mendapatkan diskriminasi akibat status sosial yang dimiliki, sehingga menyebabkan mereka kesulitan mendapatkan lapangan pekerjaan yang wajar. Di sisi lain, program ini juga bertujuan untuk mengatasi permasalahan sampah plastik yang cukup banyak di lingkungan," papar Leony Vita Artanti dalam rilis yang diterima, Jumat, 3 September 2021.

Tim yang terdiri Leony juga Muhammad Najmi Mumbada, Roykhana Purwita, dan Al-Viyah Rahmaidah  dibimbing oleh dosen pendamping  Eko Tri Sulistyani dipilih karena bersifat interaktif dan dapat melatih kemampuan public speaking.

Leony menjelaskan ide wayang dari sampah kantong plastik dengan basis QR code ini nantinya akan diwujudkan melalui sebuah program yang diterapkan sebagai kegiatan wirausaha bagi masyarakat mitra.  

"Wayang  tersebut akan dikemas dan dilengkapi dengan QR code yang merupakan tautan untuk membuka referensi cerita yang dapat dimainkan dengan menggunakan wayang sampah plastik," terangnya.

Pengemasan dengan cara tersebut digagas sebagai upaya menyesuaikan perkembangan zaman di era serba digital. Selain itu juga untuk memberikan kemudahan konsumen dalam mengakses dan menyimpan referensi cerita secara praktis. Nantinya, produk tersebut akan dipasarkan melalui media sosial dan marketplace.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Kembangkan Ide dan Kreativitas

Untuk membantu proses pemberdayaan tersebut tercapai, tim PKM-PM Wansaplas UGM memberikan pelatihan secara daring dan luring kepada mitra. Pelatihan dilakukan mulai dari tahap persiapan, tahap produksi, hingga tahap pemasaran. 

Dosen pendamping tim PKM, Eko mengatakan program pemberdayaan waria ini dapat menggali ide-ide kreatif para waria dan jika pelatihan ini ditekuni akan berpotensi menjadi peluang usaha yang menarik. Waria juga berpotensi bisa menjadi pendongeng pada acara tertentu.

Ketua Pondok Pesantren Waria Al-Fatah Yogyakarta, Sinta Ratri mengapresiasi gagasan yang dikembangkan tim PKM Wansaplas UGM. Warga Pesantren Waria Al Fatah mendapatkan banyak pelatihan yang dapat dijadikan bekal untuk membuka peluang usaha yang mandiri.

Wayang sampah plastik yang telah berhasil diproduksi juga dapat bermanfaat sebagai media pembelajaran bagi kelompok-kelompok belajar pada tingkat pendidikan dasar.

"Terima kasih kepada tim Wansaplas UGM yang sudah dengan sabar dan tekun membimbing teman-teman waria. Harapannya hal ini dapat menjadi inspirasi untuk komunitas yang lain atau mahasiswa lainnya untuk terus mengembangkan ide dan kreativitasnya," katanya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya