Liputan6.com, Garut - Untuk memulihkan kondisi mental Muhammad Gibran Arrasyid (14), pendaki remaja yang hilang misterius di Gunung Guntur, Garut, Jawa Barat pekan lalu, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Kabupaten Tasikmalaya, mulai memberikan bantuan psikologi.
Sempat viral sepekan lalu setelah hilang misterius saat pendakian di Gunung Guntur, Garut, Jawa Barat, bagaimana kondisi terkini Muhammad Gibran Arrsyid (14), pendaki remaja asal Pangatikan Garut?
Gibran ditemukan tim gabungan pencarian Jumat (24/9/2021) lalu, di area Curug Cikoneng yang berada di pos satu jalur pendakian Gunung Guntur.
Advertisement
"Secara fisik Gibran sehat, akan tetapi terlihat dari pandangan mata kemudian gestur Gibran memperlihatkan traumanya berat," ujar Ketua KPAI Tasikmalaya Ato Rinanto, Selasa, (28/9/2021).
Menurutnya, kejadian hilang secara misterius di alam terbuka yang menimpa Gibran, cukup mengganggu psikologi anak seusia dia, yang masih membutuhkan perhatian orangtua.
Untuk itu, lembaganya sengaja menyambangi kediaman korban sebagai ikhtiar mengembalikan kesehatan jiwa korban.
"Anak seusia itu jika berpisah dengan orangtua lebih dari 1x 24 jam adalah masa transisi, efeknya akan sulit terkendali ketika tahapan seperti itu tidak dimaksimalkan baik oleh keluarga," kata dia.
Dalam pertemuan dengan korban, termasuk ibu kandung dan keluarganya, secara fisik korban menunjukkan dalam kondisi sehat, tetapi dampak psikologi dari musibah itu terlihat masih terasa bagi korban.
"Jangan melihat fisiknya saja, Gibran hilang lima hari di alam, ia juga berpisah dengan keluarga selama waktu itu, Gibran kan masih anak SMP kelas 1," kata dia.
Untuk mengembalikan mental Gibran ke kondisi semula, sedikitnya diperlukan pengobatan psikologi secara bertahap yang akan dilakukan oleh tim ahli hingga lima tahapan.
"Tadi juga Gibran bercerita tak mau sekolah, tak mau bertemu teman-temanya, itu menunjukkan ada yang harus diobati dari psikis Gibran,"ujarnya.
Sebelumnya, Gibran ditemukan di Curug Cikoneng yang berada di pos satu jalur pendakian Gunung Guntur, dalam kondisi stabil di luar sedikit luka lecet yang menimpa kakinya akibat terjatuh.
Namun secara psikologi, terlihat jelas dampak yang ditimbulkan setelah kejadian itu. Selama ‘mengelana’ di dunia lain, Gibran mengaku tidak mendapati malam hari, dan hanya diakuinya beberapa jam saja di alam sana, padahal dalam hitungan hari, ia dinyatakan menghilang selama 6 hari.
Kondisi itu akhirnya berakhir, setelah Gibran terjatuh di dekat Curug Cikoneng saat tim pencarian gabungan menemukan dirinya seorang diri dengan kondisi lemas. Konon, peristiwa jatuh itu, setelah korban berencana mengikuti ajakan seorang kakek yang memintanya mengikutinya dari belakang.