Warga di Tepi Sungai Musi Beralih Profesi Jadi Pemburu Harta Karun

Harta karun banyak diburu di kedalaman Sungai Musi, yang diburu oleh warga Palembang Sumsel.

oleh Liputan6.com diperbarui 02 Nov 2021, 23:03 WIB
Diterbitkan 02 Nov 2021, 23:03 WIB
Ilustrasi emas harta karun
Ilustrasi emas harta karun (iStock)

Liputan6.com, Palembang - Perburuan harta karun di Sungai Musi Palembang Sumatera Selatan (Sumsel), kini terekspos ke publik. Ternyata, aktifitas ini sudah lama dilakoni oleh warga Palembang.

Baik yang menyelam di kedalaman Sungai Musi atau pun menyewakan perahu ketek, yang dipakai membelah Sungai Musi menuju ke lokasi penyelaman.

Seperti diungkapkan Wisnu (44), pemilik dari ketek sewaan, karena banyaknya penemuan tersebutlah, menyebabkan saat ini hampir seluruh masyarakat setempat beralih profesi menjadi pemburu harta karun di Sungai Musi.

Sekitar tahun 1970-an, Wisnu melanjutkan, masyarakat setempat merupakan nelayan, pencari balok kayu dan pencari besi tua. Ada sekitar 15 unit kapal yang aktif beroperasi, satu di antaranya adalah milik Wisnu.

Dia pun menyimpan harta karun, berupa koin-koin kuno China, manik-manik diduga berlian dan yang paling berharga cincin, anting, dan potongan perhiasan berbahan emas.

“Ada masih saya simpan cincin emas dengan simbol agama Budha yang utuh. Didapatkan tiga tahun silam. Sudah banyak yang menawar, tapi tidak cocok dengan harga,” katanya, Selasa (2/11/2021).

Ditambahkan Supriadi, salah satu anggota tim pemburu harta karun, karena banyaknya harta yang tersimpan di dasar Sungai Musi, sebagian pemburu harta karun bahkan menggunakan cara lain mendapatkan harta.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Penemuan Serbuk Emas

Tingginya Sedimentasi yang Membuat Sungai Musi Dangkal
Aktifitas kapal nelayan di perairan Sungai Musi di perbatasan Kabupaten Banyuasin Sumsel (Liputan6.com / Nefri Inge)

Mereka menyedot pasir dari dasar Sungai Musi menggunakan mesin pompa sederhana, lalu pasir itu dilimbang, atau direndam dalam air untuk memisahkan pasir dengan benda lainnya.

“Dari pasir yang seukuran kerikil dikumpulkan, memisahkan pasir dengan serbuk emas, kemudian direndam ke dalam air merkuri. Setiap satu gram emas dihargai Rp500.000 oleh ke penadah,”ujarnya.

Ia menerangkan, dari penjualan emas mereka bisa mendapatkan uang senilai Rp3-5 juta setiap bulannya. Meskipun memang pelimbangan tidak selalu berhasil setiap harinya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya