Liputan6.com, Yogyakarta- Perjalanan Suta Mahesa (37) dan istrinya Farah Irawan (29) mendirikan ritel fesyen Farah Button di Yogyakarta mirip kisah sinetron. Kisah pasangan suami istri yang menikah pada 2013 lalu ini mengingatkan kita pada alur opera sabun di televisi.
Pada 2015, perusahaan di Jakarta, tempat Suta dan istrinya bekerja, kolaps. Selama enam bulan mereka tidak mendapat gaji, sekalipun beberapa urusan pekerjaan masih harus ditangani karena berkaitan dengan citra perusahaan yang bergerak di bidang perhotelan.
Utang mereka menumpuk sampai Rp 40 juta. Bahkan, sudah tiga bulan mereka tidak mampu membayar biaya kontrakan di Jakarta.
Advertisement
Baca Juga
“Saya putuskan untuk melarikan diri dari Jakarta,” ujar Suta dalam media gathering di Yogyakarta, Selasa (27/12/2021).
Suta menghadapi situasi paradoksal. Banyak orang datang ke Jakarta untuk bertaruh nasib dan sukses. Sementara, ia lahir dan besar di Jakarta tetapi menyerah dari kehidupan ibu kota.
“Ya bagaimana saya tidak stress, tekanan dari bapak indekos yang setiap hari menggedor kamar saya,” ucap pemilik nama asli Sutardi ini.
Ia pergi bermodalkan uang Rp 800.000 dan tas ransel berisi pakaian. Ia ingin mengadu nasib ke Yogyakarta.
Naik bus, Suta lebih dulu mengantarkan istrinya kembali ke rumah orangtua di Kebumen. Ia menitipkan istrinya kepada ibu mertuanya.
Bus dari Kebumen melaju ke Yogyakarta. Suta turun di Terminal Jombor dan merasa kebingungan karena tidak punya tujuan.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Tinggal di Musala
Kondisinya diperburuk dengan harga indekos yang sangat mahal di Yogyakarta. Ia bertanya-tanya soal kamar kosong untuk disewa dan mengurungkan niat seketika setelah mendengar nominalnya.
Uang di sakunya hanya tersisa Rp 480.000. Ia putuskan untuk berjalan kaki ke arah selatan.
Suta menemukan pom bensin di sebelah TVRI. Ia perhatikan ada musala yang sepertinya bisa ditempati untuk beristirahat.
Setelah meminta izin penjaga di tempat itu, ia pun memutuskan untuk tinggal sementara di musala. Keeseokan harinya, sang istri menghubungi dan mengatakan sudah berada di Terminal Jombor.
“Istri saya tiba-tiba menyusul, tanpa bilang dulu karena kalau bilang pasti saya larang, tempat tinggal saja belum ada,” kata Suta.
Farah memaksa untuk tetap berada di samping suaminya yang sedang kesulitan. Ibunya sudah memberi nasihat tentang seburuk apapun kondisi suami, istri tetap harus menemani.
Advertisement
‘Malaikat’ Datang
Pada suatu malam pernah Suta pernah nyaris gelap mata. Uang di sakunya tersisa Rp 300.000. Sementara, setiap hari, ia melihat berlembar-lembar uang disimpan di dalam laci pembayaran pom bensin.
Ia berpikir, bagaimana jika uang itu diambilnya dan diserahkan kepada sang istri. Biarlah sang istri lari dengan uang itu dan dia menjadi bulan-bulanan massa jika kepergok.
Niat itu tidak pernah terealisasikan. Hanya sebatas pikiran orang yang merasa hidupnya sudah tidak punya jalan.
Keesokan harinya, Suta tiba-tiba ditelepon oleh seorang klien semasa ia bekerja sebagai sales manager hotel. Ia tidak mengatakan kondisi yang dialaminya. Ia tidak ingin membocorkan rahasia perusahaan.
Ternyata, klien itu sudah mengetahui kondisi Suta di Jakarta yang memaksanya untuk pindah ke Yogyakarta.
“Dia bilang, saya dan suami saya besok ke Yogyakarta, kita bertemu ya,” tutur Suta menirukan ucapan kliennya yang biasa dipanggil dengan sebutan Bu Tri atau Bu Sri.
Suta sebenarnya tidak begitu ingin bertemu karena malu dengan keadaannya saat itu. Namun, perempuan berusia di kisaran 30-40-an tahun itu memaksa.
Akhirnya Suta menyerah dan mengiayakan keinginan perempuan itu untuk bertemu. Ia mengajak mantan kliennya bertemu di pom bensin dekat TVRI.
“Dia mengajak saya untuk ke rumah saya saja, tapi saya bilang saya tinggal di sini (musala),” kata Suta.
Pecah lah tangis perempuan itu seusai dia melongok ke musala. Ia belum pernah bertemu dengan Suta secara langsung dan lebih kerap berhubungan via telepon.
Suta adalah orang yang membantunya mencari tempat tinggal ketika berada di sebuah tempat, namun kini orang itu justru tidak punya tempat untuk menetap.
Perempuan itu meminta nomor rekening Suta. Suta tidak mau menyebutkan nomor rekeningnya.
Akhirnya, perempuan itu mengeluarkan seluruh uang dari dompetnya.
“Saya cuma punya Rp 15 juta di dompet saya, kamu terima ini, tidak perlu dikembalikan, saya ikhlas,” kata Suta lagi-lagi menirukan ucapan kliennya itu.
Lantas, bagaimana uang itu mengubah hidup Suta dan Farah? Bersambung ke Perjalanan Pendiri Ritel Fesyen Farah Button yang Mirip Kisah Sinetron (Bagian 2)