Liputan6.com, Jakarta Pemerintah pusat melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), memperingati Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) pada tanggal tanggal 21 Februari 2022 lalu. Tahun ini, tema yang diusung adalah Kelola Sampah Kurangi Emisi Bangun Proklim.
Tema tersebut ternyata memiliki konsep lebih menyeluruh. Di mana, jika sampah dapat dikelola dengan baik, maka memiliki dampak positif terhadap permasalahan iklim.
Dari data KLHK, Indonesia menghasilkan 67,8 juta ton sampah pada tahun 2020, atau sebanyak 37,3 persen berasal dari aktivitas rumah tangga. Lalu, dari pasar tradisional sebesar 16,4 persen dan sampah dari kawasan sebanyak 15,9 persen.
Advertisement
Baca Juga
Ternyata, porsi terbesar sampah rumah tanggga berasal dari sisa makanan, sampah plastik, kayu atau ranting, kertas atau karton dan sampah jenis lainnya.
Data Sustainable Waste Indonesia menujukan, kurang dari 10 persen sampah yang dikelola yang tidak sampai ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Direktur Komunikasi dan Kemitraan Yayasan KEHATI Rika Anggraini menyoroti fenomena pengelolaan sampah, yang harus dimulai dari sumber utama penghasil sampah tersebut, sehingga emisi yang dihasilkan dapat dikurangi.
Menurutnya, jika dikelola dengan baik, sampah dapat memberikan nilai ekonomi dan bermanfaat sebagai penghasilan bagi masyarakat.
Bahkan sudah banyak kelompok atau komunitas yang mengelola sampah rumah tangga di beberapa daerah di Indonesia, yang dibangun atas kesadaran sendiri atau atas bantuan pemerintah dan swasta.
“Kami melihat, selain dorongan dari pemerintah, perlu dibangun sinergi yang kuat dari semua lini termasuk pihak swasta dan masyarakat," ucapnya, Sabtu (26/2/2022).
"Berbicara sampah tidak hanya masalah kebijakan, dan sarana prasarana, namun juga perubahan kebiasaan, dan asas manfaatnya bagi masyarakat dan lingkungan sekitar. Butuh usaha lebih keras dari semua pihak agar pengelolaan sampah rumah tangga bisa maksimal,” lanjut Rika.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Konsep Ekonomi Sirkular
Terkait tema Kelola Sampah Kurangi Emisi di HPSN 2022, Rika melihat hal tersebut identik dengan konsep ekonomi sirkular.
Di mana, bagaimana sebuah produk yang dihasilkan dan dimanfaatkan, seminimal mungkin menyakiti bumi. Serta memberikan manfaat yang lebih besar kepada masyarakat, melalui peningkatan nilai-nilai ekonomi.
Rika mengatakan, pentingnya perubahan mindset dari model lama take-make-waste, menjadi tiga prinsip utama, yaitu reduce, reuse, recycle.
“Mindset ini harus dituangkan dalam strategi penangan permasalahan sampah di tingkat nasional, yang memerlukan dukungan dari semua lini, termasuk lintas sektoral,” ujarnya.
Bersama kementerian lain, lanjut Rika, KLHK bisa menangkap dan menindaklanjuti pernyataan Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlanggga Hartanto di 2021. Bahwa konsep ekonomi sirkular bukan hanya pengelolaan limbah, namun juga menggunakan proses produksi.
Di mana, bahan baku dapat digunakan berulang-ulang, sehingga akan terjadi saving yang besar, terutama untuk sumber daya alam. Terlebih Menteri Airlangga mengatakan, jika secara jangka panjang, ekonomi sirkular akan memberi kontribusi pada upaya pencapaian Nationally Determined Contribution (NDC) Indonesia.
Advertisement
Program Citarum Harum
“Semangat ekonomi sirkular sudah dipahami oleh banyak elemen dan pemangku kepentingan dan bisa diturunkan menjadi strategi nasional. Ini memerlukan proses yang lebih lama dari satu tahun,” katanya.
Jika dirasa belum selesai, Rika menilai, tema tahun 2022 bisa diteruskan di tahun-tahun selanjutnya. Dan harus diakui, Indonesia darurat sampah, dan program yang dijalankan sampai sekarang belum bisa memberikan hasil yang maksimal.
Di tahun 2019-2021, Yayasan KEHATI bersama mitra pernah menjalankan program Revive Citarum, untuk mendukung Program Citarum Harum pemerintah dalam mengatasi permasalahan limbah Sungai Citarum.
Pendekatan yang dilakukan oleh KEHATI, yaitu pengelolaan sampah berbasis masyarakat. Dari data yang diperoleh, Rika menjelaskan jika mayoritas sumber pencemar Sungai Citarum adalah 60 persen limbah domestik. Sedangkan sisanya berasal dari 30 persen limbah industri dan 10 persen limbah peternakan atau pertanian.
“Yayasan KEHATI mendorong beberapa komunitas di Desa Bojongsari, untuk menjalankan kegiatan pengelolaan sampah warga. Beberapa kegiatan yang dilakukan yaitu pengomposan sampah organik, budi daya maggot Black Soldier Fly, dan pembuatan kerajinan tangan dari sampah plastik,” ucapnya.
Sampah Indonesia
Selain mengurangi pencemaran Sungai Citarum, program tersebut menjadi penambah sumber penghasilan komunitas yang ada. Yakni dari penjualan pupuk dan larva sebagai pakan ikan dan unggas.
Lalu, masyarakat dapat mendapatkan manfaat, dengan memilah dan mengirimkan sampah organik ke komunitas pegelolaan sampah. Karena, masyarakat terkadang mendapatkan pupuk, buah dan ikan gratis, dari hasil kebun dan ternak ikan yang dikelola komunitas.
“Masalah sampah Indonesia berpacu dengan waktu. Solusi yang ditawarkan harus lebih besar dari sampah yang dihasilkan,” ungkapnya.
Berkaca kepada negara-negara yang sukses dalam pengelolaan sampah, Rika menuturkan, strategi yang dijalankan harus komprehensif.
Yakni antara pemerintah pusat dalam hal ini kementerian, dengan kepala daerah, dan masyarakat, yang didukung oleh elemen lain seperti perusahaan, terutama yang tercatat sebagai penghasil limbah yang besar.
Advertisement