Makna di Balik Ritual Rikat Perlu Akhir Jelang Ramadan yang Digelar Kejawen di Banyumas

Penganut Kejawen dan pelestari adat di Pekuncen, Jatilawang, Banyumas, Jawa Tengah menggelar ritual Rikat Perlu Akhir di Panembahan Banokeling

oleh Liputan6.com diperbarui 29 Mar 2022, 03:30 WIB
Diterbitkan 29 Mar 2022, 03:30 WIB
Ilustrasi - Tradisi punggahan menjelang puasa digelar oleh penganut Kejawen, di Panembahan Banokeling, Banyumas. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Ilustrasi - Tradisi punggahan menjelang puasa digelar oleh penganut Kejawen, di Panembahan Banokeling, Banyumas. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Banyumas - Penganut Kejawen dan pelestari adat di Pekuncen, Jatilawang, Banyumas, Jawa Tengah menggelar ritual Rikat Perlu Akhir di Panembahan Banokeling, Senin (28/3/2022).

Secara sederhana, Rikat Perlu Akhir adalah prosesi pembersihan makam dan kompleks pasemuan, dan menjadi prosesi adat paling akhir menjelang bulan Puasa atau Ramadan.

Sekitar 200 orang mengikuti prosesi ini. Pada Senin pagi, anak putu membersihkan areal makam di Panembahan Banokeling. Selanjutnya, anak putu melakukan doa di makam panembahan dan selesai pada Senin lewat tengah hari.

“Terakhir ini, Senin, itu kan semuanya masyarakat sini ziarah ke Makam Banokeling, yang disebut adalah rikat perlu akhir,” kata Juru Bicara Komunitas Adat Banokeling, Sumitro.

Sebelumnya, pada Kamis hingga Jumat seribuan anak putu dari berbagai daerah menggelar ritual Punggahan di Panembahan Banokeling, Pekuncen, Banyumas. Mereka datang dari Cilacap, Banyumas, dan sejumlah wilayah lain.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

Pembersihan Diri

Tradisi punggahan anak putu Banokeling, menjelang Ramadan, di Panembahan Banokeling, Jatilawang, Banyumas. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Tradisi punggahan anak putu Banokeling, menjelang Ramadan, di Panembahan Banokeling, Jatilawang, Banyumas. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

“Pada saat puncak punggahan itu kan Jumat, pada ziarah,” kata Sumitro.

Kemudian, pada Sabtu anak putu berziarah atau bekten ke leluhur masing-masing. Pada Minggu, seluruh desa menggelar prose Nyadran dan pada Senin ini ditutup dengan prosesi Perlu rikat akhir.

“Orang sini, termasuknya, hari Sabtu kemarin, itu ziarah ke leluhurnya masing-masing. Nyadrannya, pada hari Minggunya. Satu desa itu nyadran semuanya,” dia

Prosesi Perlu rikat akhir sekaligus adalah resik-resik makam dan kompleks pasemuan (rumah ibadah). Pasalnya, sebelumnya pada Kamis dan Jumat kompleks ini menjadi tempat berkumpul ribuan anak putu.

Bersih-bersih makam ini sekaligus sebagai simbol anak putu untuk berusaha membersihkan diri, menjelang bulan Puasa.

Tim Rembulan

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya