Lupa Niat dan Tidak Sahur saat Ramadan, Bagaimana Puasanya?

Seseorang yang menjalankan puasa Ramadan harus berniat. Niat merupakan salah satu rukun puasa yang tidak boleh ditinggalkan. Adapun sahur yang dilakukan sebelum terbit fajar itu hukumnya sunah.

oleh Muhamad Husni Tamami diperbarui 05 Apr 2022, 01:00 WIB
Diterbitkan 05 Apr 2022, 01:00 WIB
Ilustrasi sahur
Ilustrasi sahur (sumber: iStock)

Liputan6.com, Denpasar - Seseorang yang menjalankan puasa Ramadan harus berniat. Niat merupakan salah satu rukun puasa yang tidak boleh ditinggalkan. Adapun sahur yang dilakukan sebelum terbit fajar itu hukumnya sunah.

Pengasuh Al Bahjah KH Yahya Zainul Ma’arif atau Buya Yahya menjelaskan, dalam mazhab Syafi’i dan jumhur ulama mazhab Maliki dan Hambali, siapa pun yang tidak niat puasa di malam hari dan juga tidak sahur, maka puasanya tidak sah.

“Akan tetapi, kita ingat Sayyid Alwi Assegaf mufti Mekah waktu itu menuliskan dalam mukadimah tarsehnya mengingatkan bahwasanya untuk orang awam kita perlu memberikan fatwa yang paling sesuai dengan keadaan mereka,” kata Buya Yahya dikutip dari Youtube Al Bahjah TV, Senin (4/4/2022).

Buya Yahya melanjutkan, jika memang kasusnya benar-benar lupa niat puasa, misalnya karena kesibukannya sampai tidak niat di malam harinya, sahur pun bablas, maka jawabannya adalah melanjutkan puasa tersebut.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan Ini:


Mengikuti Mazhab Abu Hanifah

Ilustrasi niat puasa Ramadan
Ilustrasi niat puasa Ramadan (dok.unsplash/ Masjid Pogung Dalangan)

Kemudian niat puasanya mengikuti mazhab Abu Hanifah ra yang memperkenankan niat di pagi hari. Persoalan ini telah dijelaskan oleh Syekh Al-Malibari dalam kitab Fathul Mu'in.

“Barangsiapa di pagi harinya dia lupa belum niat, dia ingin berpuasa, maka hendaknya dia niat ikut mazhabnya Abu Hanifah,” kata Buya Yahya mengutip penjelasan Syekh Al-Malibari. 

“Itu disyaratkan dalam fikih Syafi’i bahwasanya orang awam perlu dihargai dalam hal semacam itu. Jangan sampai (bilang) gak sah. Kasian dia ketinggalan dalam rombongan orang berpuasa,” ujar Buya Yahya menambahkan.

Kendati mengikuti mazhab Abu Hanifah, Buya Yahya mewanti-wanti bahwa perihal mengikuti mazhab Abu Hanifah jangan main-main. Misalnya, dengan sengaja tidak niat puasa saat malam harinya. 


Kondisi Darurat

[Bintang] Ini Niat Puasa Dzulhijjah 2018
Jatuh pada Senin, 13 Agustus 2018, ini niat puasa Dzulhijjah. (Ilustrasi: Pexels.com/Pixabay.com)

Menurut Buya Yahya, mengikuti mazhab Abu Hanifah dalam hal niat puasa di pagi hari ketika kondisinya darurat atau keadaan lupa. Dengan catatan, orang tersebut belum melakukan sesuatu yang membatalkan puasa.

Jika sudah makan tidak bisa, sebab sudah melakukan perkara yang membatalkan puasa. Meski tidak puasa, orang tersebut tetap imsak agar mendapatkan pahala kesempurnaan Ramadan.

“Dia wajib imsak tidak boleh makan dan minum. Dia seperti orang yang berpuasa. Nanti dia  mendapatkan pahalnya utuh, cuman nanti dia wajib mengqada,” jelasnya.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya