Liputan6.com, Yogyakarta - Desa Nglanggeran, Pathuk, Gunungkidul, Yogyakarta dikenal sebagai desa produsen cokelat lokal berkualitas sejak 2014. Bahkan produk cokelat Nglanggeran sudah terkenal di kalangan wisatawan domestik hingga mancanegara.
Mengutip dari berbagai sumber, desa ini dahulu identik dengan gaplek, kekeringan, dan tidak ada air. Namun kini berkembang menjadi desa produsen cokelat.
Bahkan kini ada 5 kelompok tani yang tergabung dalam gabungan kelompok tani yang mengembangkan perkebunan kakao di desa ini. Desa Nglanggeran memiliki setidaknya 101 hektare perkebunan kakao petani setempat.
Advertisement
Baca Juga
Hampir seluruh warga desa memiliki pohon kakao di sekitar rumah. Pekarangan dan lahan milik warga dimanfaatkan untuk menanam pohon kakao.
Hasil kebun kakao ini juga diolah secara mandiri olah masyarakat setempat. Masyarakat Desa Nglanggeran sudah bisa mengolah kakao menjadi bubuk cokelat, aneka minuman cokelat dengan merek Chocomix, makanan cokelat, bahkan cokelat batangan.
Seluruh aktivitas pengelolaan cokelat itu berada dalam wadah lembaga Griya Coklat Nglanggeran, sebuah organisasi yang terdiri dari perwakilan kelompok tani, kelompok pemuda, kelompok pengelola wisata dan kelompok Ibu-ibu PKK sebagai tenaga produksinya.
Griya Cokelat Nglanggeran mengolah cokelat menjadi aneka hidangan. Ada yang berupa cokelat batangan, bakpia cokelat, keripik pisang cokelat, dodol cokelat, dan aneka camilan serta minuman cokelat.
Sebelum pandemi Covid-19, Griya Cokelat Nglanggeran mampu menjual 6.000 sachet minuman cokelat per bulan. Namun kini berkisar antara 2.000 sachet saja.
Harga aneka jenis minuman dan aneka olahan khas petani cokelat Nglanggeran ini dibanderol mulai dari Rp5.500 saja. Selain untuk produksi skala industri rumah tangga, warga Nglenggeran juga memiliki Taman Teknologi Pertanian yang melakukan pengolahan cokelat skala industri.
(Tifani)