Murah Banget, Umrah Backpacker ala Mahasiswa Indonesia

Ada yang memasang tarif 700 dan 900 dolar dengan fasilitas visa umrah 30 hari, penginapan tiga hari di Mekkah tiga hari Madinah, makan enam hari dalam umrah backpacker ini

oleh Rudal Afgani Dirgantara diperbarui 07 Mei 2022, 09:43 WIB
Diterbitkan 07 Mei 2022, 05:00 WIB
Umrah backpacker. (Foto: Liputan6.com/Dok. pribadi/Alief Enstein)
Umrah backpacker. (Foto: Liputan6.com/Dok. pribadi/Alief Enstein)

Liputan6.com, Purwokerto - Ibadah umrah ke Tanah Suci menjadi salah satu impian bagi setiap umat muslim. Namun tidak semua berkesempatan menunaikan ibadah umrah, baik karena kendala biaya, waktu, ataupun kondisi fisik. Bagi yang terkendala masalah keuangan, umrah backpacker bisa menjadi solusi.

Dalam umrah backpacker, jamaah mengerjakan umrah tanpa pembimbing. Tentu jamaah umrah backpacker harus mengetahui tata cara umrah dari awal sampai akhir dengan mempelajari sendiri.

"Pihak travel hanya menyediakan tiket pesawat dan visa saja, selain itu seperti hotel, guide dan makan harus cari sendiri sesampainya di Mekah," kata Humas Masjid Agung Baitussalam Purwokerto Alief Einstein.

Satu di antara jamaah yang berpengalaman menjalankan umrah backpacker ialah Rif'an Ali Hafidz. Pemuda yang sejak November 2017 kuliah di Khartoum Internasional Institute for Arabic Language, Sudan ini memanfaatkan jeda kuliah untuk mencari pengalaman baru.

Semua ada dua pilihan tujuan liburan, Mesir dan Arab Saudi. Di Mesir, Rif'an berniat berwisata sejarah dan bertemu teman yang kuliah di sana. Sementara di Arab Saudi, Rif'an bermaksud untuk menunaikan ibadah umrah. Namun Rif'an akhirnya memilih ke Arab Saudi.

Perjalanan ke Jedah

Bulan Maret 2022, ia menerima broadcast iklan biro paket perjalanan umrah bulan Ramadan melalui Whatsapp Grup warga Indonesia di Sudan. Ada yang memasang tarif 900 dolar dengan fasilitas visa umrah 30 hari, penginapan tiga hari di Mekkah tiga hari Madinah, makan enam hari.

Ada lagi yang memasang tarif 560 dollar dengan fasilitas hampir serupa dengan yang sebelumnya, namun tanpa tiket pesawat. Ada juga yang memasang tarif 700 dollar dengan fasilitas sama namun tanpa penginapan dan catering.

Ia memilih paket 700 dollar atau setara Rp10.500.000. Namun pada akhirnya Rif'an harus membayar 850 dollar (Rp12.500.000) dari biaya awal yang tertera 700 dollar itu.

"Alasannya karena ketika mendaftar saya sudah dekat dengan Bulan Ramadan maka biaya juga semakin naik," ujar Rif'an.

 

**Pantau arus mudik dan balik Lebaran 2022 melalui CCTV Kemenhub dari berbagai titik secara realtime di tautan ini.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

Persiapan

Umrah backpacker. (Foto: Liputan6.com/Dok. pribadi/Alief Enstein)
Umrah backpacker. (Foto: Liputan6.com/Dok. pribadi/Alief Enstein)

Segala macam berkas Rif'an siapkan, mulai dari paspor, surat pernyataan perjalanan, surat kuning perjalanan, dan kepengurusan visa kembali ke Sudan, yang kira-kira jika Rif'an estimasikan sekitar Rp300.000. Hal itu Rif'an lakukan sebagai syarat kepengurusan perjalanan.

Dalam perjalanan umrah backpacker, ada delapan orang lainnya bersama Rif'an. Mereka semua juga berstatus sebagai pelajar Indonesia yang ada di Sudan.

Tiket pesawat pulang-pergi sudah siap. Visa Umroh sudah siap. Namun, beberapa hari sebelum keberangkatan, mereka dipusingkan dengan persoalan PCR dan Vaksin sebagai syarat perjalanan.

Jika harus ada tes PCR dan vaksin, maka artinya ada biaya tambahan. Sebab biaya untuk PCR dan vaksin di Sudan lumayan tinggi untuk ukuran mahasiswa seperti Rif'an.

Demi menjawab kegelisahan tentang hal tersebut, Rif'an dan temannya memutuskan untuk bertanya langsung ke kantor maskapai penerbangan Saudi Airlines di Jalan Ebid Khatim di samping Restauran Luxury.

Setelah Rif'an menanyakan ke karyawan maskapai, ternyata Arab Saudi tidak mensyaratkan PCR dan Vaksin dalam perjalanannya. Arab Saudi secara bertahap kembali menuju normal. Hal itu melegakan Rif'an dan jamaah umrah backpacker lainnya.

Tiket pesawat tercetak pada hari Selasa, 12 April 2022 pukul 04.15 CAT. Rif'an dan rombongan berangkat dari pos berkumpul di depan Restoran Syekh Mindi pukul 01.00 CAT dini hari. Dengan menggunakan mobil Hiace mereka berangkat menuju Bandara Khartoum, Sudan.

Sesampainya di sana terlihat bandara cukup renggang, tidak terlalu ramai. Tidak banyak orang yang menggunakan masker sebagai penerapan protokol kesehatan. Ternyata Sudan telah melonggarkan aturan pembatasan.

Pukul 04.30 CAT mereka terbang. Dua jam perjalanan yang mereka tempuh ke Jeddah. Sebuah perjalanan yang singkat mengingat Sudan dan Arab Saudi hanya dipisahkan oleh Laut Merah.

Pukul 07.00 WAS mereka mendarat di Bandara Internasional King Abdul Aziz, Jeddah untuk transit sebelum melanjutkan perjalanan menuju Madinah. Di hadapan mereka terbentang pemandangan megah dan mewah.

Mereka keluar dari pesawat lalu berjalan menyusuri terowongan penghubung untuk masuk ke dalam bandara. Berbagai kerajinan dan hiasan unik tersaji sepanjang perjalanan menuju gate selanjutnya.

Perjalanan ke Madinah

Umrah backpacker. (Foto: Liputan6.com/Dok. pribadi/Alief Enstein)
Umrah backpacker. (Foto: Liputan6.com/Dok. pribadi/Alief Enstein)

Berbagai pemeriksaan mereka jalani. Mulai dari pemeriksaan visa masuk, barang bawaan, kelengkapan berkas perjalanan, dan berbagai hal yang memang biasa dilakukan sedang mengantri pengecekan surat menyurat.

Seusai menjalani pemeriksaan, mereka diarahkan menuju stasiun kereta bawah tanah. Hal serupa yang dulu pernah Rif'an dapatkan ketika berada di Bandara Kuala Lumpur, Malaysia.

Kereta datang dengan sangat halus dan tanpa suara. Semuanya rapi, bersih dan tertata. Mereka masuk menuju salah satu gerbongnya.

"Saat kereta bergerak, saya merasakan seolah sedang berada di wahana taman bermain dengan kereta sebagai objek permainannya, sangat menyenangkan," ucapnya.

Sesampainya di tempat tujuan, mereka keluar dari kereta. Kemudian mereka langsung berjalan menuju gate 9 untuk menunggu pesawat yang akan membawa mereka menuju Kota Madinah.

Setelah menunggu selama kurang lebih enam jam, jadwal penerbangan menuju Madinah akhirnya datang juga. Setelah satu jam perjalanan udara mereka sampai di Kota Nabi dengan selamat.

Melihat tulisan selamat datang di Kota Madinah membuat Rif'an sangat senang. Tak percaya kalau Rif'an sekarang sudah menginjakan kaki di kota Rasul, kota impian Rif'an sejak kecil.

Hari-hari Rif'an selama berada di Kota Madinah Rif'an habiskan untuk berkeliling pada setiap sudut masjidnya. Mulai dari mengunjungi Raudah Nabi Muhammad, berkeliling di bawah payung khas Masjid Nabawi, shalat fardu dan tarawih di dalam masjidnya, dan pengalaman lainnya bersama teman maupun sendiri.

"Oh ya, catatan buat teman-teman yang ingin melakukan perjalanan umrah ke Arab Saudi, pastikan teman-teman ketika sudah sampai langsung saja membeli kartu (HP) lokal, karena Rif'an merasakan betapa susahnya berjalan tanpa alat komunikasi," ucapnya.

 

Perjalanan ke Mekkah

Di hari ke empat Rif'an dan rombongan putuskan pergi melanjutkan perjalanan menuju Mekkah Al-Mukarramah untuk menunaikan ibadah umrah.

Setelah memakai kain ihram dan mendapatkan pengarahan dari para senior di kampus Universitas Islam Madinah (UIM), mereka berangkat pada pukul 00.30 WAS dengan menggunakan mobil Hiace menuju Mekkah dengan biaya 480 real, atau 60 real setiap penumpangnya.

Tak disangka ternyata banyak sekali peraturan ketat yang berlaku di Arab Saudi. Sebagai informasi, mobil yang mereka sewa rupanya tidak memegang surat izin melewati Kota Mekkah.

Sebagaimana yang berlaku di Mekah, setiap pengendara yang hendak menuju Mekkah diwajibkan membawa surat izin melewati perbatasan kota. Hal ini dilakukan demi menertibkan arus perjalanan menuju dan dari Kota Mekkah.

"Walhasil, diputar-putarkanlah kami di Kota Madinah. Ketika ditanyakan kenapa, kata sang supir ingin meminjam surat izin melewati batas Kota Mekkah milik temannya," katanya.

Di tengah perjalanan ada pengecekan Tasrih Tawakalna (semacam aplikasi peduli lindungi) di perbatasan antar kota. Setiap orang yang hendak melaksanakan ibadah umrah diwajibkan untuk mendaftarkan dirinya di aplikasi tersebut.

Setelah 20 menit perjalanan dari Madinah sepanjang 11 kilometer, mereka berhenti di Masjid Biir Ali, Dzulkhulaifah untuk menunaikan salat sunnah dua rakaat dan mengambil miqot niat umroh.

Kemudian, Rif'an dan rombongan melanjutkan perjalanan menuju Kota Mekkah yang berjarak sekitar 450 kilometer dari Masjid Bir Ali.Mereka sempat singgah untuk menyantap sahur dan menunaikan salat subuh.l sebelum sampai di Terminal Kudi bawah Masjidil Haram pada pukul 07.00 WAS.

"Pemandangan luar biasa dan tak terbayangkan sebelumnya terbentang di depan mata," ujarnya.

Mereka melihat zam-zam tower yang menjulang tinggi dan Masjidil Haram yang sangat megah. Pemandangan itu membuat Rif'an takjub tak ada habisnya.

Inilah pemandangan yang selalu Rif'an lihat di youtube dan televisi selama ini. Perjalanan yang selalu Rif'an impikan dan panjatkan pada setiap do'a akhirnya terkabul.

 

Biaya Penginapan Rombongan Selama 20 Hari

Semua barang bawaan yang mereka bawa ditinggal di tempat penitipan barang sebelah toilet 3 Masjidil Haram. Mereka masuk ke dalam masjid dan berjumpa dengan Kabah untuk menunaikan thawaf, salah satu rukun ibadah Umrah.

"Melihat Kabah dari dekat dengan ribuan orang di dalamnya rasanya tak terlukiskan," ucapnya.

Setelah selesai menunaikan thawaf tujuh putaran, Rif'an salat dua rakaat di belakang Maqom Ibrahim. Tidak mudah memang untuk mencari tempat salat karena ribuan manusia berseliweran ke sana dan kemari.

Kemudian Rif'an lanjutkan menunaikan Sai antara Sofa dan Marwa sebanyak tujuh kali. Setelah usai Rif'an memotong rambut untuk menyempurnakan ibadah Umrah.

"Alhamdulillah, semua rangkain tadi saya tunaikan kurang lebih tiga jam," katanya.

Sekarang Rif'an dan rombongan tinggal di sebuah rumah sederhana di daerah Misfalah bagian Selatan Masjidil Haram. Mereka merogoh kantong 1.000 real untuk dua kamar dan satu kamar mandi selama 20 hari.

Rif'an sempat pergi ke Jabal Nur dengan biaya 10 real setiap orangnya.

"Ya karena dari awal kami sudah memutuskan “backpaker-an” untuk perjalanan ini. Jadi kami harus pintar-pintar mengatur pengeluaran untuk bisa berpergian kesana-kemari," tuturnya.

Demikian kisah perjalanan Rif'an selama umrah backpacker. Hingga hari Selasa 3 Mei 2022, Rif'an masih di Kota Makkah dan Rif'an menunaikan salat Idul Fitri di Masjidil Haram.

Rif'an dan rombongan akan bertolak menuju Kota Madinah untuk menghabiskan masa berlaku visa kemudian melanjutkan perjalanan kembali ke Sudan pada tanggal 8 Mei 2022.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya