Fenomena Citayam Fashion Week, Pakar UGM: Kritik Pamer Kemewahan Anak Muda Perkotaan

Citayam Fashion Week menjadi kesempatan bagi anak di daerah penyangga Jakarta untuk tampil modis dan unik sesuai dengan karakter mereka. Seperti apa fenomena ini, pakar UGM memberikan penjelasannya.

oleh Yanuar H diperbarui 22 Jul 2022, 17:00 WIB
Diterbitkan 22 Jul 2022, 17:00 WIB
6 Potret Ridwan Kamil Ikut Catwalk di Citayam Fashion Week, Dikawal Para Ojol
Potret Ridwan Kamil ikut catwalk di Citayam Fashion Week kawasan Sudirman, Jakarta Pusat. (Sumber: Instagram/ridwankamil)

Liputan6.com, Yogyakarta - Fenomena baru munculnya komunitas anak muda dari Depok, Citayam, dan Bojong Gede membanjiri jalanan di kawasan bisnis dan perkantoran Sudirman, Jakarta sebagai unjuk ekspresi melalui gaya berbusana. Dari fenomena ini, muncul lah Citayam Fashion Week yang kini dikenal luas masyarakat. 

Menurut sosiolog UGM Derajat Sulistyo Widhyarto, kemunculan Citayam Fashion Week bagian pembentukan budaya baru yang dilakukan oleh anak muda sehingga perlu diapresiasi. 

"Salah satu karakter kaum muda adalah pencipta budaya dan kebudayaan youth culture. Fenomena Citayam Fashion Week mempunyai efek budaya dari kebudayaan tersebut," katanya, Rabu (20/7/2022). 

 

Para anak muda memilih area publik di pusat kota sebagai lokasi unjuk ekspresi dan pilihan gaya busananya itu merupakan budaya baru yang sangat brilian. Sebab, gaya busana bagian dari budaya yang bisa diterima oleh seluruh lapisan masyarakat.

"Ruang kota menawarkan tantangan baru yakni kesempatan untuk mendorong pembentukan budaya mengikuti budaya yg bisa diterima adalah fashion," jelasnya.

Anak muda yang juga berasal dari keluarga kelas menengah ke bawah ini menggelar peragaan busana di jalanan ibu kota umumnya berasal dari kota-kota penyangga Jakarta. Kondisi ini seolah menunjukkan bahwa apa yang mereka lakukan melawan arus fenomena budaya konsumerisme dan pamer kemewahan yang ditunjukkan para pegiat medsos dan influencer. 

"Mereka memang kalah bertarung dengan kaum muda menengah ke atas yang sudah masuk ruang bisnis kota. Maka Citayam adalah representasi kaum muda menengah ke bawah dan menjadi bagian dari eksistensi baru mereka dalam mengisi ruang kota dan sekaligus pembentuk budaya muda kota," ujarnya.

Meski begitu, kaum muda ini, menurut Derajat Sulistyo, juga menggunakan media digital untuk memperkuat gaung ruang ekspresi budaya baru mereka. 

"Kaum muda di sekitar Jakarta paham betul jika Jakarta adalah ruang yang bisa mewakili daya tarik dan meningkatkan audiens. Maka mereka dengan sadar menjadi Jakarta sebagai ruang penciptaan budaya," paparnya.

Ada hal yang disoroti Derajat dari Citayam Fashion Week, yakni cara gaya busana yang digunakan para komunitas Citayam ini yang memilih menggunakan baju pinjaman atau membeli dengan harga murah. Berbeda dengan yang dilakukan oleh kaum muda perkotaan.  

"Hal inilah yang membentuk kritik konsumsi fashion kaum muda kota yang terjebak memakai baju produk industri," katanya.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya