Liputan6.com, Yogyakarta - Rinding gumbeng merupakan kesenian musik tradisional yang berasal dari Gunungkidul, Yogyakarta. Kesenian musik tradisional ini tampil saat peringatan HUT ke-77 RI di Istana Negara tanggal 17 Agustus.
Dalam pementasannya, rinding gumbeng dikolaborasikan dengan gamelan dan alat musik tiup lainnya. Beberapa lagu yang dimainkan, yakni Rayuan Pulau Kelapa, Sepasang Mata Bola, dan Indonesia Pusaka.
Pentas tersebut dimainkan di dalam Istana, atau tepatnya saat presiden dan duta besar masuk ke lokasi upacara. Terhitung, sebanyak 20 musisi dari Gunungkidul memainkan pentas rinding gumbeng tersebut.
Advertisement
Baca Juga
Menurut warga setempat, rinding gumbeng merupakan cerminan kehidupan masyarakat Gunungkidul yang dikenal sederhana, ulet, serta dekat dengan alam. Meskipun alat dan para pemainnya terkesan sederhana, tetapi kesenian Rinding gumbeng menyajikan alunan musik yang khas, indah, melodius, serta dinamis nan ekspresif.
Rinding adalah alat musik yang terbuat dari bambu dengan panjang 25 cm dan tebal 2 mm. Pada bagian tengah belahan bambu tersebut terdapat lubang yang dibuat seperti jarum dengan panjang sekitar 20 cm.
Selanjutnya, pada bagian ujung diberikan tali untuk memainkannya, sedangkan pada sisi bambu yang lain digunakan sebagai pegangan. Selain itu, para pemain rinding gumbeng memakai kostum yang sangat sederhana.
Para penabuh gumbeng dan peniup rinding biasanya hanya mengenakan baju dan celana warna hitam dengan ikat kepala dari kain batik. Sedangkan penyekarnya mengenakan baju kebaya khas petani desa dengan kain luriknya.
Seni musik tradisional ini pun oleh warga Gunungkidul dijadikan sebagai tradisi ritual setelah panen. Jika sebelumnya rinding gumbeng hanya dijadikan sebagai pengiring lagu-lagu tradisional, saat ini dengan penambahan berbagai alat musik lainnya, rinding gumbeng bisa digunakan untuk mengiringi musik dangdut, keroncong, dolanan bocah, maupun campursari.
(Resla Aknaita Chak)