Liputan6.com, Jakarta - Sulawesi adalah salah satu daerah yang menyimpan keanekaragaman hayati endemis yang sangat tinggi di Indonesia. Ini terbentuk proses geografis yang kompleks dengan periode isolasi yang lama dengan sejarah tektonik yang kompleks.
Pegunungan Gandang Dewata termasuk hutan pegunungan Quarlesi yang membentang di tiga provinsi yaitu Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tengah. Untuk di daerah Sulawesi Barat, Gunung Gandang Dewata telah menjadi taman nasional pada 2016.
Advertisement
Taman Nasional Gandang Dewata meliputi 76 desa di sekitarnya yang diharapkan pengelolaan dan perlindungan juga dilakukan bersama dengan masyarakat. Di daerah Sulawesi Selatan, ada enam desa berdekatan yang tidak masuk dalam taman nasional, yaitu Desa Hoyane, Malimongan, Beroppa dan Desa Tirobali di Kecamatan Seko, Desa Limbong dan Marampa Kecamatan Rongkong Kabupaten Luwu Utara.
Menurut Kepala BKSDA Sulawesi Selatan, Jusman, kawasan di luar kawasan konservasi terkadang menyimpan lebih banyak flora dan fauna lindung dan penting secara ekologis yang perlu diperhatikan.
“Hutan yang berada di Kecamatan Rongkong dan Seko masih menyimpan banyak jenis satwa liar. Informasi adanya jenis penting seperti anoa pegunungan (Bubalus quarlesi) di dua lokasi ini perlu diperhatikan dan dilakukan monitoring yang berlanjut agar mengurangi ancaman untuk jenis ini atau jenis lainnya,”jelas Jusman.
Jusman menambahkan kedua kecamatan yang tidak termasuk kawasan konservasi dapat diinisiasi dalam pengusulan menjadi Kawasan Ekosistem Esensial (KEE). Pengusulan menjadi KEE butuh kolaborasi multi pihak agar selain dapat menunjang dalam melindungi keanekaragaman hayati, tapi juga untuk kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia.
Menurut Fardi Ali, manajer Fauna & Flora International’s Indonesia Programme, kegiatan pengusulan menjadi KEE pada Kecamatan Rongkong dan Seko dengan melakukan survei pengumpulan data keanekaragaman hayati.
“Bersama Balai Konservasi Sumber Daya Alam, Kesatuan Pengelolaan Hutan, masyarakat dan tim Fauna & Flora International’s Indonesia Programme melakukan survei keanekaragaman hayati selama Agustus hingga September. Banyak temuan menarik selama survei,” katanya.
Fardi menjelaskan hingga saat ini sudah terkumpul data sementara pada salah satu lokasi. Di antaranya jenis herpetofauna, mamalia, avifauna, seperti jenis Rhacophorus edentulus, Tarsius fuscus, Ailurops ursinus, Prosciurillus murinus, Cyornis omissus, Prioniturus platurus, Ramphiculus fischeri, hingga Otus manadensis.