Cerita Putri Lumimuut dan Asal-Usul Etnis Minahasa, Begini Kaitannya 

Berikut ini runtutan cerita asal usul etnis Minahasa dalam buku tersebut

oleh Switzy Sabandar diperbarui 31 Agu 2022, 18:00 WIB
Diterbitkan 31 Agu 2022, 18:00 WIB
Danau Tondano
Bupati Minahasa Jantje Wowiling Sajow menargetkan Pulau Likri jadi destinasi wisata baru di Minahasa. Foto: Ahmad Ibo.

Liputan6.com, Manado - Menurut mitologi Minahasa, orang Minahasa adalah keturunan Toar dan Lumimuut, yang awalnya bermukim di sekitar pegunungan Wulur Mahatus. Diperkirakan Wulur Mahatus berlokasi di perbukitan sekitar Gunung Sopitan.

Terkait Toar dan Putri Lumimuut, terdapat berbagai versi cerita rakyat yang menjabarkan perkawinan mereka yang menghasilkan keturunan orang Minahasa. Disebutkan, mereka dikawinkan oleh sosok pemimpin wanita yang sakti atau walian tua wewene, yaitu Karema.

Sebuah buku karya Nurul Qomariah bertajuk 'Putri Lumimuut: Asal-usul Etnis Minahasa, Sulawesi Utara', seolah memperkuat perkiraan tersebut. Berikut ini runtutan cerita asal-usul etnis Minahasa dalam buku tersebut:

1. Rumimoto mendapat hukuman dari Kekaisaran Jepang

Diceritakan, dahulu di Jepang ada Kaisar yang terkenal di seluruh negeri. Segala perintahnya harus terpenuhi dan jika melanggar akan dijatuhi hukuman.

Kaisar tersebut sangat menyukai pertunjukan, khususnya tarian. Suatu ketika, saat tengah menikmati pertunjukan tari, kaisar merasakan ada sesuatu yang janggal.

Ia baru menyadari bahwa ada satu penari yang tidak hadir, sehingga jumlah penari yang tampil saat itu tidak genap sepuluh orang. Mengetahui hal tersebut, kaisar pun marah besar.

Panglima yang bertanggung jawab terhadap para penari tersebut menyadari kesalahannya dan langsung memohon ampunan. Namun, panglima justru diberhentikan dari tugasnya, sementara hukuman mati diberikan pada penari yang tidak hadir.

Rupanya, penari yang tidak hadir adalah puteri kaisar terdahulu yang bernama Rumimoto. Saat itu, Kaisar belum mengetahui jati diri puteri tersebut.

Rumimoto mengungkapkan alasannya tak siap menari. Ia masih perlu istirahat setelah menari minggu lalu.

Para hakim yang mengetahui jati diri Rumimoto berupaya untuk melindunginya dari jeratan hukum kaisar dengan cara menceritakan jati diri Rumimoto yang sebenarnya. Atas saran para hakim, kaisar pun mengganti hukuman mati dengan hukuman menghanyutkan Rumimoto ke lautan.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Perjalanan di Lautan

2. Awal mula perjalanan Rumimoto di lautan

Rumimoto pun memulai perjalanan seorang diri di lautan lepas selama berbulan-bulan. Berbagai hal dilalui Rumimoto, seperti kapal yang kerap terombang-ambing, kesepian, kedinginan, hingga tak jarang bayangan kedua orang tuanya muncul dan membuatnya menangis.

Selama perjalanan, Rumimoto semakin menghargai kehidupan, terlebih dia kerap menghadapi ganasnya gelombang lautan. Rumimoto belajar ketabahan menghadapi hidup.

3. Rumimoto terdampar di Pantai Manandau dan bertemu Karema

Setelah melalui perjalanan berbulan-bulan lamanya, kapal Rumimoto pun akhirnya terdampar di suatu pantai. Pantai tersebut dijuluki Pantai Manandau, yang berarti 'tempat yang sangat jauh'.

Untuk bertahan hidup, Rumimoto mencari buah-buahan dan belajar berburu. Perjalanan yang jauh dan kehidupan hutan yang keras membuat Rumimoto jatuh sakit. Ia kemudian ditolong dan dirawat oleh wanita separuh baya yang dikenal sakti dan hidup di dalam hutan sendirian, yakni Karema.

 

Mengganti Nama

4. Rumimoto mengganti namanya menjadi Lumimuut

Setelah sembuh dari perawatan Karema, Rumimoto pun menceritakan perjalanan hidupnya pada wanita tersebut. Untuk menghapus ingatan peristiwa sedihnya, Rumimoto pun mengganti namanya menjadi Lumimuut.

Lumimuut bukan gadis sembarangan karena Lumimuut memiliki kulit putih serta ujung kelopak mata yang menyipit. Hal tersebut menandakan bahwa dia bukan berasal dari penduduk sekitar.

Hubungan Karema dan Lumimuut bagaikan seorang ibu dan anak. Karema mengajarkan pengetahuan yang dimilikinya pada Lumimuut agar dia dapat diterima kelompok lain.

Selain Karema, wilayah itu juga ditinggal dua orang sakti, yakni Opo Sumandep dan Opo Sumilang. Tepatnya, mereka tinggal di Gunung Wulur Maatus.

5. Lahirnya Toar

Saat pertama kali melihat Lumimuut yang datang bersama Karema, Opo Sumandep dan Opo Sumilang yakin bahwa Lumimuut diutus para dewa untuk melanjutkan keturunan di tanah Manandau. Lalu, Opo Sumandep, Opo Sumilang, dan Karema berdoa dan berusaha agar Puteri Lumimuut diberi anak laki-laki.

Ternyata, usaha ketiganya dikabulkan saat Lumimuut diminta melakukan upacara dengan menghadap ke arah barat, yakni ke arah dewa barat atau Opo Barat. Akhirnya, Putri Lumimuut diberi anugerah anak laki-laki yang diberi nama Toar.

Nama Toar mengandung arti 'tou' yang artinya manusia dan 'ari' yang artinya tidak diketahui. Sesuai asal-usulnya, Toar tidak jelas siapa orang tuanya karena pemberian langsung dari dewa.

Toar tumbuh menjadi laki-laki yang gagah dalam perawatan Putri Lumimuut dan Karema. Toar hanya mengetahui bahwa Karema adalah ibunya.

Lumimuut tetap cantik dan terlihat seperti seusia Toar. Bahkan saat duduk bersanding, keduanya seperti sepasang remaja yang baru mekar.

 

Pernikahan

6. Pernikahan Toar dan Lumimuut

Suatu hari, Karema memanggil keduanya dan meminta mereka untuk mengelilingi Gunung Wulur Maatus dengan masing-masing membawa tongkat pemberiannya. Karema berpesan, jika dalam perjalanan mereka bertemu dengan orang yang memiliki tongkat yang panjangnya tidak sama dengan tongkat mereka, maka orang tersebut diminta menemui dirinya.

Ternyata, perintah tersebut datang dari Opo Sumendap dan Opo Sumilang dengan maksud untuk mencari penerus tanah Manandau. Dalam perjalanan mengelilingi gunung, ternyata tongkat Putri Lumimuut dan Toar tidak sama panjang.

Sedangkan, selama perjalanan tidak ada orang lain yang ditemui selain mereka berdua. Putri Lumimuut mengetahui ia akan dinikahkan dengan Toar.

Pernikahan pun dilaksanakan dan disaksikan Opo Sumendap dan Opo Sumilang. Dari pernikahan itu, mereka dikaruniai sembilan anak laki-laki dan sembilan anak perempuan.

Dari Putri Lumimuut dan Toar, keturunan etnis Minahasa berkembang secara turun temurun hingga saat ini. Untuk itu, tanah Manandau dikenal Manado disebut pula dengan tanah Toar dan Lumimuut.

 

Penulis: Resla Aknaita Chak

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya