Cerita Rakyat Sungai Brantas dan Kerajaan Kahuripan di Jawa Timur

Kerajaan Kahuripan ini dipimpin seorang raja berasal dari Bali dan merupakan putra raja di Bali yaitu Prabu Airlangga.

oleh Panji Prayitno diperbarui 02 Sep 2022, 05:00 WIB
Diterbitkan 02 Sep 2022, 05:00 WIB
Cerita Rakyat Sungai Brantas dan Kerajaan Kahuripan di Jawa Timur
Wonorejo Ekowisata Mangrove, kawasan konservasi alam untuk mencegah abrasi di wilayah Timur Kota Surabaya. Kawasan ini termasuk hilir Sungai Brantas (Bapekko Surabaya)

Liputan6.com, Jakarta - Banyak cerita rakyat yang bisa kita temukan dari berbagai daerah di Indonesia termasuk Jawa Timur. Dari Jawa Timur, salah satu cerita yang terkenal karena memang berkaitan dengan salah satu sungai terpanjang di Jawa Timur yaitu cerita rakyat Sungai Brantas.

Seperti apakah kisah di balik keindahan dan kemegahan sungai panjang ini? Pada kesempatan kali ini kami akan berbagi informasi selengkapnya yang Anda harus tahu dan simak Cerita Rakyat Jawa Timur sampai akhir.

Cerita rakyat Sungai Brantas dimulai ketika sebuah kerajaan bernama Kahuripan didirikan. Kerajaan Kahuripan berdiri pada tahun 1009 atau pada abad ke-11.

Kerajaan Kahuripan ini dipimpin seorang raja berasal dari Bali dan merupakan putra raja di Bali yaitu Prabu Airlangga.

Ketika sang prabu menginjak masa tua, ia tiba–tiba ingin menjadi pertapa dan tahta kerajaan Kahuripan akan diserahkan kepada putri permaisurinya yang semata wayang, bernama Sanggramawijaya.

Hanya saja, Sanggramawijaya tidak memiliki keinginan untuk menjadi pengganti ayahnya, apalagi ia merasa bahwa dirinya seorang perempuan. Ia tetap ingin menjadi seorang pertapa.

Hingga akhirnya ia meminta restu kepada sang ayah untuk menjadi pertapa di Goa Selomangleng yang berada di kaki gunung Klotok kecamatan Mojoroto. Di sana, ia mengubah namanya menjadi Dewi Kili Suci.

Karena sang putri tak ingin meneruskan tahtanya, kemudian Prabu Airlangga berniat memilih salah satu dari dua putranya yang dilahirkan selir untuk menjadi penerus.

Kedua putra yang dilahirkan selir Prabu Airlangga tersebut bernama Sri Samarawijaya dan Mapanji Garasakan. Namun, karena berusaha adil, Prabu Airlangga mencari cara agar kedua putranya tersebut bisa menjadi seorang raja.

Akhirnya sang prabu mengutus Mpu Bharada pergi ke kerajaan ayahnya di Bali untuk memberikan tahta kepada salah satu putranya. Hanya saja sang ayah ternyata sudah memberikan tahta kepada adik dari Prabu Airlangga yang bernama Anak Wungsu.

Saksikan video pilihan berikut ini: 

Kendi Ajaib

Kemudian Mpu Bharada mengusulkan kepada sang raja agar membagi dua bagian sama besar. Disetujuilah ide dari Mpu Bharada tersebut oleh Prabu Airlangga.

Keesokan harinya, Mpu Bharada terbang dengan membawa sebuah kendi berisi air. Dari langit ia tumpahkan air kendi yang dibawa sembari melintas persis di bagian tengah kerajaan Kahuripan.

Ajaibnya, tanah yang terkena tumpahan air dari kendi yang disiramkan tersebut seketika berubah menjadi sungai yang sangat besar. Sungai tersebut pun airnya sangat deras dan jernih.

Sungai itu kini disebut sebagai Sungai Brantas. Sungai ini menjadi pembatas dua bagian dari Kerajaan Kahuripan.

Kemudian Prabu Airlangga menyerahkan dua bagian Kerajaan Kahuripan tersebut kepada kedua putranya yaitu satu bagian untuk Sri Samarawijaya dan satu bagian lainnya untuk Mapanji Garasakan.

Sebelah timur Kerajaan Kahuripan merupakan bagian dari Mapanji Garasakan, yang kemudian diberi nama Kerajaan Jenggala. Sementara bagian barat sungai diserahkan kepada Sri Samarawijaya yang diberi nama Kerajaan Panjalu atau Kediri dan sekarang sudah menjadi Kota Kediri.

Akhirnya, di masa tua pun Prabu Airlangga bisa mewujudkan keinginannya untuk merasa tenang menjadi seorang pertapa. Ia pun pergi dari Kahuripan dan menyerahkan tonggak kekuasaan kepada kedua putranya tersebut. Di tempatnya bertapa, Prabu Airlangga mengganti namanya menjadi Resi Gentayu.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya