Ketika Seni Lukis Berjuang di Era Digital

Bahkan, seni lukis telah memberi sumbangsi terbesar bagi perkembangan dunia seni rupa. Namun, seiring perkembangan zaman gaya melukis dengan metode lama mulai ditinggalkan, dan masyarakat mulai beralih ke metode digital painting.

oleh Marifka Wahyu Hidayat diperbarui 11 Okt 2022, 02:00 WIB
Diterbitkan 11 Okt 2022, 02:00 WIB
Ilustrasi pengertian, seni lukis
Ilustrasi pengertian, seni lukis. (Photo by Yannis Papanastasopoulos on Unsplash)

Liputan6.com, Palangka Raya - Sejak jaman nenek moyang, manusia telah mengenal seni lukis dengan membuat gambar pada dinding gua menggunakan arang, kapur atau bahan lainnya.

Hal tersebut dilakukannya untuk mencitrakan bagian terpenting dari kehidupan, maka dari itu seni lukis termasuk karya seni rupa tertua di dunia.

Bahkan, seni lukis telah memberi sumbangsi terbesar bagi perkembangan dunia seni rupa. Namun, seiring perkembangan zaman gaya melukis dengan metode lama mulai ditinggalkan, dan masyarakat mulai beralih ke metode digital painting .

Padahal, gaya melukis dengan metode lama seperti menggunakan media kanvas, cat minyak dan kuas memiliki manfaat yang luar biasa terutama bagi kinerja otak.

Untuk membangkitkan hal itu, remaja asal Palangka Raya mencoba mengajak kaum milenial khususnya pelajar untuk bernostalgia mempelajari seni lukis metode lama melalui media kanvas, kuas dan cat air.

"Sensasi melukis dengan menggunakan media kanvas sangat berbeda dengan digital painting, di kanvas itu lebih tertantang terutama soal imajinasi," ungkap Nonov.

Secara pengertian sendiri, seni lukis pada awalnya merupakan karya seni rupa dua dimensi, yang terbentuk dari unsur rupa yaitu titik, garis, bidang, bentuk, ruang, warna, tekstur, dan gelap terang.

Dari unsur-unsur tersebut, kemudian diimajinasikan melalui pikiran dan disalurkan dengan gerakan tangan sehingga terciptalah citra atau lukisan.

Wanita jebolan Universitas Muhamadiyah Malang ini menambahkan, jika melukis dapat membantu kinerja sistem syaraf terutama dalam hal menggerakan tangan. Karena dalam melukis seseorang butuh kesabaran, fokus dan perlu kehati-hatian.

"Melukis juga terbukti membantu kinerja sistem saraf melalui keterlibatan pikiran dan tubuh. Karena jika seseorang melukis, pikiran akan mengarahkan gerakan tangan, " tambahnya.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

Terapi Psikologis

Bahkan dalam sebuah studi dari Chloe Bell dan Steven Robbins, terhadap orang yang mengalamani gangguan kecemasan, setelah diberikan kesempatan melukis dengan kertas, pensil warna, dan juga cat air, rasa cemas mereka menurun signifikan.

Tak hanya itu, penelitian yang dilakukan Nunuk dari Insititute Seni Indonesia Surakarta, mengenai hubungan seni lukis dengan psikologis remaja menujukkan adanya hubungan yang signifikan. Banyaknya kebutuhan psikologis pada remaja yang tidak terpenuhi, dapat disalurkan melalui seni lukis.

Sedikitnya sudah ada sekitar 60 pelajar yang dibina oleh Nonov, rencananya karya mereka tersebut akan dipamerkan pada Desember mendatang di Taman Budaya, Kota Palangka Raya, Kalteng.

Salah satu pelajar, Naima Fitriani mengakui bahwa kegiatan tersebut berlangsung seru dan mendapatkan pengalaman baru, setelah belajar melukis menggunakan media kanvas dan cat minyak.

"Ini pengalaman baru buat saya, rencananya karya ini akan diikut sertakan pada pameran di Taman Budaya", pungkas Naima.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya