Liputan6.com, Minahasa - Setiap wilayah di Indonesia, memiliki aneka minuman tradisional yang khas dan berbeda. Minuman ini biasanya berasal dari aneka rempah atau bahan lokal lain yang diolah hingga menjadi minuman khas.
Salah satu minuman tradisional yang didapat dari olahan bahan tertentu adalah saguer khas Minahasa, Sulawesi Utara. Bahkan, pada 2021, minuman tradisional ini telah masuk sebagai Warisan Budaya Takbenda.
Mengutip dari warisanbudaya.kemdikbud.go.id, sudah selama berabad-abad saguer telah menjadi produk yang lekat dengan masyarakat Minahasa. Saguer merupakan minuman yang berasal dari pohon enau atau dalam bahasa sehari-hari Manado disebut pohon saguer atau seho, sementara umumnya ada yang menyebut sebagai pohon aren.
Advertisement
Saguer didapatkan dari batifar, yakni aktivitas menyadap atau mengambil air saguer dari pohon seho. Dalam bahasa umum, saguer juga disebut sebagai air nira atau tuak.
Advertisement
Baca Juga
Minuman fermentasi saguer memiliki banyak nama lokal di masing-masing wilayah di Minahasa, sebut saja pehe dan lepen di wilayah Tombulu, upe di wilayah Tontemboan, timpa di wilayah Tandano dan Tonsea, serta lainnya. Saguer dibuat dengan cara disimpan atau dibiarkan selama 6 jam hingga semalaman.
Proses tersebut merupakan proses fermentasi alami yang membuat saguer memiliki cita rasa manis keasam-asaman. Proses tersebut juga membuat saguer memiliki kadar alkohol sebesar 4-5%.
Disebutkan, terdapat dua jenis saguer, yakni saguer manis atau saguer cewe yang memang biasanya dikonsumsi oleh para perempuan saat ada acara atau pesta. Sebaliknya, saguer dengan rasa agak asam dan mengandung alkohol lebih banyak dikonsumsi oleh kaum laki-laki.
Saguer manis umumnya dikonsumsi tanpa melalui proses fermentasi, sehingga tidak akan memberikan rasa sedikit asam. Adapun, cara lain untuk mendapatkan saguer dengan cita rasa asam adalah dengan cara mencampurkan air nira segar (mentah) yang berasal dari pohon aren dengan air nira yang sudah terfermentasi.
Tak hanya dua rasa tersebut, menurut kepercayaan dan teknik yang diwariskan secara turun-temurun dari para petani menganggap, rasa saguer dapat diatur dengan menambahkan penyedap. Hal tersebut akan menghasilkan tiga kategori rasa, yakni manis, asam manis, dan asam-gurih.
Aneka rasa dari saguer membuat para petani percaya bahwa masing-masing pohon seho mempunyai rasa yang berbeda-beda. Selain itu, tingkat kecairan saguer pun dibagi secara kategoris menurut pengetahuan lokal, yakni kental, kental-cair, dan cair.
Penulis: Resla Aknaita Chak