Malam Jumat Menjelajahi 'Dark Tourism Lawang Sewu', Antara Keindahan dan Kegelapan

Lawang Sewu merupakan salah satu destinasi wisata yang merepresentasikan 'dark tourism'.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 21 Okt 2022, 02:30 WIB
Diterbitkan 21 Okt 2022, 02:30 WIB
Lawang Sewu
Lawang Sewu yang terletak di Semarang, Jawa Tengah. (Liputan6.com/Putu Elmira)

Liputan6.com, Semarang - Lawang Sewu merupakan salah satu destinasi wisata yang terletak di Semarang, Jawa Tengah. Berbicara tentang Lawang Sewu, tentu tak bisa dilepaskan dari kisah-kisah mistisnya.

Destinasi wisata ini kental akan bangunan kunonya yang merupakan peninggalan zaman Belanda. Bangunan yang didirikan pada 1904 ini memiliki ruang penjara berdiri yang dulunya digunakan sebagai tempat menampung para tahanan.

Mengutip dari Analisis Lawang Sewu sebagai Destinasi Dark Tourism terhadap Pengalaman Wisatawan Nusantara (Studi Kasus Bangunan Bersejaran Lawang Sewu) oleh Fahrurozy Darmawan, Novinda Mellina, dan Yustisia Pasfatima Mbulu, Lawang Sewu merupakan salah satu destinasi wisata yang merepresentasikan dark tourism.

Dark tourism adalah salah satu kegiatan pariwisata minat khusus yang biasanya dikaitkan dengan wisata hantu, wisata horor, atau wisata yang berkaitan dengan hal-hal gaib.

Namun, definisi sebenarnya dari dark tourism adalah kegiatan mengunjungi objek-objek wisata sejarah yang berkaitan dengan kematian dan tragedi di masa lampau. Kejadian-kejadian tersebut dapat dilihat dari adanya bekas penjara, bekas arena perang, bekas tempat mengungsi, dan semacamnya.

Wisatawan dark tourism sering dimotivasi oleh pencarian pengalaman serta petualangan baru yang sebelumnya tidak mereka ketahui. Terlepas dari arti sebenarnya dark tourism, pada kenyataannya Lawang Sewu mencakup dua definisi tersebut.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Gambaran Lawang Sewu

Sesuai namanya, Lawang Sewu memiliki empat gedung inti yang masing-masingnya memiliki banyak pintu dan jendela. Gedung pertama yang berbentuk L dan memiliki 2 lantai ini dahulunya berfungsi sebagai rumah penjaga dan bangunan percetakan.

Selanjutnya, gedung kedua terdiri dari 3 lantai. Dalam gedung ini terdapat ruang bawah tanah yang difungsikan sebagai ruang penyekapan (penjara) para tahanan saat pendudukan Jepang.

Ruang bawah tanah tersebut memiliki tiga jenis penjara, yakni penjara berdiri, penjara jongkok, dan ruang penyiksaan. Pada lantai kedua gedung ini terdapat ruangan cukup luas yang dulunya digunakan para petinggi Belanda sebagai ruang dansa.

Namun, di zaman Jepang ruang tersebut dialihfungsikan sebagai ruang penyiksaan dan pembantaian orang-orang Belanda yang tertangkap, para gerilyawan, dan pejuang kemerdekaan. Selanjutnya, gedung ketiga yang berbentuk kotak dan tak terlalu besar ini menyimpan banyak jejak-jejak peninggalan sejarah.

Sementara itu, gedung keempat saat ini sering digunakan sebagai ruang P3K, menyusui, gudang, tempat beristirahat, dan area merokok. Saat ada acara, gedung ini biasanya digunakan sebagai home base atau markas panitia penyelenggara.

Melansir dari indonesiakaya.com, Lawang Sewu yang bermakna pintu seribu adalah nama lain dari Het Hoofdkantoor van de Netherlandsch-Indische Spoorweg Maatscappij (NIS), yaitu kantor pusat NIS. NIS merupakan perusahaan kereta api swasta masa Pemerintahan Hindia Belanda yang pertama kali membangun jalur kereta api di Indonesia.

 

Cerita Mistis di Lawang Sewu

Beberapa cerita mistis tentang Lawang Sewu sudah banyak tersebar di masyarakat, baik di Semarang maupun luar daerah lain. Beberapa kisah horor yang ditemui pun beragam, ada yang berupa suara misterius hingga penampakan.

Salah satu cerita mistis yang cukup populer adalah suara misterius yang terdengar dari sumur tua yang terletak di halaman gedung Lawang Sewu. Menurut kabar yang beredar, saat suasana malam sedang sepi akan terdengar jeritan-jeritan kesakitan tentara Belanda dari arah sumur.

Konon, sumur tersebut memang dipakai oleh tentara Jepang saat menduduki Indonesia untuk membantai tentara Belanda. Selain tentang suara misterius dari sumur tua, cerita mistis lain yang juga populer adalah munculnya penampakan Noni Belanda.

Tak hanya Noni Belanda, tentara Belanda dan tentara Jepang juga seringkali menampakkan diri. Selain kisah-kisah mistisnya, kehadiran kawanan kelelawar yang berterbangan dan hinggap di atap gedung saat malam hari seolah menambah kesan mistis tersebut.

Dikutip dari Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Sosial dan Humaniora Badan Riset dan Inovasi Nasional (IPSH-BRIN) di laman ipsh.brin.go.id, Lawang Sewu pernah meraih predikat sebagai “10 Most Haunted Places in Asia” versi Rojak Daily pada 2016. Pada 2019, lokasi wisata ini juga masuk ke dalam “7 Scariest Haunted Places in Asia” versi FMT News.

Kemistisan Lawang Sewu juga pernah terekam sebagai salah satu lokasi uji nyali dalam acara Dunia Lain pada 2013. Lokasi ini juga menjadi inspirasi cerita film “Lawang Sewu: Dendam Kuntilanak” yang tayang pada 2007.

Terlepas dari kisah-kisah mistis tersebut, Lawang Sewu merupakan destinasi wisata sejarah yang menawan, khususnya terkait perkeretaapian di Indonesia. Bisa dikatakan bahwa Lawang Sewu merupakan kombinasi menarik antara wisata sejarah dan dark tourism.

 

Penulis: Resla Aknaita Chak

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya