Angklung Jadi Tampilan Google Doodle Hari Ini, Begini Sejarah Penetapan Hari Angklung Sedunia

Sebagaimana biasanya, Google menampilkan ikon Doodle dalam laman pencarian.

oleh Huyogo Simbolon diperbarui 16 Nov 2022, 07:33 WIB
Diterbitkan 16 Nov 2022, 07:29 WIB
Angklung jadi ikon Google Doodle
Angklung ikon google doodle hari ini, 16 November 2022. (Liputan6.com/Google)

Liputan6.com, Bandung - Google Doodle hari ini, Rabu (16/11/2022) menampilkan angklung dalam tampilan muka laman mesin pencarian terbesar tersebut. Hal ini seiring dengan peringatan Hari Angklung Sedunia yang jatuh pada 16 November setiap tahunnya.

Sebagaimana biasanya, Google menampilkan ikon Doodle dalam laman pencarian. Dari pantauan Liputan6.com, terlihat animasi sejumlah orang yang sedang memainkan angklung.

Dalam keterangannya, Google menjelaskan bahwa angklung merupakan alat musik yang berasal dari Jawa Barat. Penduduk desa percaya bahwa suara bambu dapat menarik perhatian Dewi Sri, dewi padi dan kemakmuran.

"Doodle animasi hari ini merayakan angklung, alat musik Indonesia yang terbuat dari bambu. Pada hari ini di tahun 2010, UNESCO secara resmi menyatakan angklung sebagai barang Warisan Dunia," tulis Google.

"Setiap tahun, pengrajin terbaik desa menggunakan bambu hitam khusus untuk membuat angklung. Pada musim panen, mereka mengadakan upacara dan memainkan angklung dengan harapan dewa akan memberkati mereka dengan hasil panen yang subur. Suara angklung yang menggembirakan dapat didengar di ruang kelas di seluruh dunia karena ini adalah cara yang bagus bagi guru untuk memperkenalkan musik dan budaya Indonesia kepada siswa," jelas keterangan Google.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Sejarahnya

Saung Angklung Udjo
Pertunjukan Regular Bambu dari Saung Angklung Udjo. (dok. Instagram @saungangklungudjo/https://www.instagram.com/p/CJ2UibIJm9b/)

Sebagaimana diketahui, Angklung telah diakui oleh Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO) sebagai Karya Agung Warisan Budaya Lisan dan Nonbendawi Manusia.

UNESCO mengakui Angklung pada 16 November 2010 lalu yang kemudian dijadikan sebagai Hari Angklung Sedunia sampai saat ini.

Keterangan tertua mengenai angklung ada dalam kitab Nagara Kertagama yang menjelaskan kalau angklung merupakan alat bunyi-bunyian yang dipergunakan dalam upacara penyambutan kedatangan raja.

Dalam kitab itu, diceritakan bahwa kesenian angklung dimainkan rakyat untuk menyambut Raja Hayam Wuruk saat mengadakan peninjauan keliling daerah Jawa Timur pada 1359.

Sedangkan, menurut laman Indonesia Kaya dan Rumah Belajar dari Kemendikbud, angklung merupakan alat musik multitonal atau bernada ganda yang berkembang di masyarakat Sunda atau Jawa Barat.

Dalam tradisi Sunda masa lalu, instrumen angklung sebenarnya memiliki fungsi ritual keagamaan–untuk mengundang Dewi Sri (Dewi padi lambang kemakmuran) agar turun ke bumi dan memberikan kesuburan pada padi.

Angklung terbuat dari potongan bambu. Alat musik ini terdiri dari dua sampai empat tabung bambu yang dirangkai menjadi satu dengan tali rotan. Tabung bambu diukir detail dan dipotong sedemikian rupa untuk menghasilkan nada tertentu ketika bingkai bambu digoyang.


Ditetapkan 2010

Saung Angklung Udjo
Saung Angklung Udjo. (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

Seiring perkembangan angklung, sejak November 2010, UNESCO telah menetapkan angklung sebagai Karya Agung Warisan Budaya Lisan dan Nonbendawi Manusia. Salah satu tempat yang masih melestarikan kebudayaan angklung adalah Saung Angklung Udjo.

Di sanggar yang terletak di Kota Bandung ini, pengunjung tidak hanya dapat melihat berbagai jenis angklung, tapi juga belajar proses pembuatan angklung. Selain di Jawa Barat, angklung juga bisa ditemui di daerah Sumatra Selatan, Lampung, Kalimantan, Jawa Timur dan Jawa Tengah juga mengenal alat musik tersebut.

Meski begitu, angklung sepertinya sudah identik dengan daerah Jawa Barat. Di Bandung pun kerap digelar perayaan khusus untuk menyambut Hari Angklung Sedunia sejak 2010.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya