Liputan6.com, Bandung - Penyanyi legendaris Celine Dion dikabarkan menderita penyakit langka bernama Stiff Person Syndrome (SPS). Kabar tersebut langsung diungkapkan oleh Celine Dion di media sosial Instagram resminya.
Baca Juga
Advertisement
Ia juga menjelaskan bahwa beberapa tur di Eropanya yang akan dilaksanakan pada 2023 mendatang harus dibatalkan demi kesehatannya tersebut.
"Saya telah berurusan dengan masalah kesehatan untuk waktu yang lama, dan sangat sulit bagi saya untuk menghadapi tantangan ini dan berbicara tentang semua yang saya lalui. Sungguh menyakitkan bagi saya untuk memberitahu Anda bahwa saya tidak siap untuk memulai kembali tur saya di Eropa pada bulan Februari," ujarnya di akun Instagram @celinedion.
Dalam video yang diunggah, Celine juga menyebutkan bahwa ia didiagnosis terkena kondisi saraf langka yaitu Stiff Person Syndrome. Karena penyakit tersebut, tubuhnya menjadi sering kejang sehingga tidak bisa bernyanyi.
Melansir dari National Institute of Neurological Disorders and Stroke, penyakit langka ini mempunyai ciri seperti kekakuan dan kejang otot di mana kepekaan yang meningkat terhadap rangsangan seperti suara dan cahaya serta tekanan emosional yang bisa membuat penderitanya kejang otot.
Saat ini, penyebab dari penyakit SPSÂ masih diteliti dan beberapa ahli menduga jika penyakit ini disebabkan oleh gangguan dari autoimun yang mana kondisi tersebut terjadi karena sistem kekebalan tubuh yang seharusnya melawan bakteri dan virus, tetapi justru merusak sel-sel yang sehat.
Penyakit SPS ini mempunyai gejala yang harus diperiksa secara komprehensif oleh dokter karena terdapat gejala-gejala khas dan juga terdapat pemeriksaan tambahan seperti tes darah ataupun analisis cairan tulang belakang untuk mengetahui diagnosisnya.
Karena penyakit ini merupakan penyakit langka yang masih diteliti oleh para ahli hingga kini belum ditemukan obat untuk penderita penyakit stiff person syndrome. Namun, dokter dapat meresepkan beberapa obat-obatan untuk meredakan gejala tersebut.
Beberapa obatnya seperti obat penenang, pelemas otot, hingga steroid, tetapi tidak hanya pemberian obat untuk mengurangi gejala. Dokter juga menganjurkan beberapa terapi fisik untuk mencegah kelumpuhan yang dapat terjadi pada penderitanya tersebut.