Hari Sugihan Bali dan Kajeng Kliwon di Bali, Ini Maknanya

Kajeng Kliwon disebut sebagai hari keramat karena digunakan untuk menjalankan aji ugig bagi mereka yang mendalami ilmu pengleakan.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 01 Jan 2023, 07:00 WIB
Diterbitkan 01 Jan 2023, 07:00 WIB
Ilustrasi Keindahan Alam Bali
Pertanian di pedesaan Bali. (Bola.com/Pixabay)

Liputan6.com, Bali - Sukra (Jumat) Kliwon Wuku Sungsang merupakan rainan Sugihan Bali yang sekaligus berbarengan dengan Kajeng Kliwon. Kajeng Kliwon merupakan rainan Bali yang datang setiap 15 hari sekali atau berdasarkan pertemuan Tri Wara Kajeng dan Panca Wara Kliwon.

Kajeng Kliwon disebut sebagai hari keramat karena digunakan untuk menjalankan aji ugig bagi mereka yang mendalami ilmu pengleakan. Pada 30 Desember, Kajeng Kliwon enyitan diperingati setelah Tilem.

Pada perayaan ini, masyarakat Hindu Bali menyiapkan sesaji di rumah dan merajan. Sesaji atau banten yang disiapkan saat Kajeng Kliwon Enyitan berupa dua segeran manca warna yang dihaturkan di natar sanggah untuk nyomiang Sang Kala Bhucari.

Sementara itu, di pekarangan rumah atau natah paumahan, sesaji ditujukan untuk nyomiang Sang Dhurga Bhucari. Kehadiran banten bertujuan untuk menetralisir kekuatan negatif yang ada di sekitar masyarakat Hindu Bali.
Sugihan Bali dan Sugihan JawaUsai Tumpek Bubuh, umat Hindu juga menggelar upacara Sugihan Jawa pada Wraspati (Kamis) Wage Wuku Sungsang. Sementara Sugihan Bali digelar saat Sukra (Jumat) Kliwon Wuku Sungsang.

Kedua Sugihan ini adalah hal yang tak bisa dipisahkan karena keduanya merupakan rangkaian dari perayaan Hari Raya Galungan dan Kuningan. Sugihan Jawa diimplementasikan sebagai pembersihan Bhuana Agung, sedangkan Suguhan Bali digambarkan sebagai pembersihan Bhuana Alit.

Upacara Sugihan Jawa dilaksanakan secara sekala, yakni dengan membersihkan lingkungan Pura, tempat tinggal, dan peralatan upacara di masing-masing tempat suci. Sementara itu, Sugihan Bali bertujuan untuk menyucikan diri sendiri (Bhuana Alit) dengan cara memohon tirta pembersihan atau penglukatan pada Kemulan.

Selain kedua Sugihan tersebut, terdapat Sugihan Tenten yang belakangan jarang dilakukan oleh masyarakat. Menurut Ida Pandita Mpu jaya Dhaksa Samyoga dalam Dharma Wacana di kanal Youtube Ong Kara Amerta, Umat Hindu dalam Lontar Sundarigama sebenarnya mengenal tiga tahapan Sugihan, yakni Sugihan Tenten yang jatuh pada Buda Pon Sungsang, Sugihan Jawa pada Weraspati Wage Sungsang, dan Suguhan Bali pada Sukra Kliwon Sungsang.

Meski memiliki makna berbeda, tetapi ketiganya sama-sama bertujuan untuk pembersihan. Pada 30 Desember, secara perhitungan, perayaan Kajeng Kliwon pun berbarengan dengan Sugihan Bali.

(Resla Aknaita Chak)

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya