Aktivitas Warga Kota Sentani Sempat Lumpuh saat Massa Lukas Enembe Mengamuk

Bentrokan warga dengan petugas kepolisian usai Gubernur Papua Lukas Enembe ditangkap KPK, sempat membuat lumpuh aktivitas masyarakat Kota Sentani.

oleh Liputan6.com diperbarui 10 Jan 2023, 15:51 WIB
Diterbitkan 10 Jan 2023, 15:50 WIB
Kerusuhan papua
Terjadi gesekan antara massa pendukung Lukas Enembe dan aparat saat gubernur Papua itu dibawa paksa Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) ke Jakarta. (Liputan6.com/ Ist)

 

Liputan6.com, Jayapura - Bentrokan warga dengan petugas kepolisian usai Gubernur Papua Lukas Enembe ditangkap KPK, sempat membuat lumpuh aktivitas masyarakat Kota Sentani, khususnya yang berada di seputaran Bandara Sentani.

Arus lalu lintas dan kegiatan ekonomi di area tersebut juga lumpuh karena aparat membubarkan paksa massa yang melakukan protes terhadap penangkapan Gubernur Lukas Enembe. Enembe dibawa ke Bandara Sentani kemudian diterbangkan ke Jakarta melalui Manado.

Hingga kini aparat keamanan masih terus berjaga di sekitar Kota Sentani dan Bandar Udara Sentani.

Salah satu warga Kota Sentani, Tina mengatakan pihaknya terpaksa mengamankan diri di rumah milik salah satu tokoh adat Sentani.

"Dalam perjalanan menuju bandara kami sudah melihat pergerakan massa menuju Bandara Sentani dengan membawa alat tajam sehingga kami langsung mengamankan diri di rumah tokoh adat Sentani," ungkapnya

Sementara itu, perasaan takut juga dialami warga Kota Sentani yang lain, Cony. Dirinya mengatakan harus bisa melawan rasa takut karena melihat langsung kejadian yang terjadi di depan Bandar Udara Sentani.

"Kami harap situasi ini segera membaik dan tidak berdampak lebih luas kepada masyarakat," ucapnya.

Sebelumnya, Kapolda Papua Irjen Pol. Mathius D Fakhiri juga membenarkan perihal penangkapan Lukas Enembe.

"Benar, Gubernur Papua Lukas Enembe sudah diamankan KPK, Selasa ini di Jayapura," kata Mathius D Fakhiri.

Setelah diamankan Lukas Enembe dibawa Mako Brimob Polda Papua.

 

Kasus yang Menjerat Lukas Enembe

Sebelumnya, KPK telah menetapkan Lukas Enembe bersama Direktur PT Tabi Bangun Papua (TBP) Rijatono Lakka (RL) sebagai tersangka kasus dugaan suap dan gratifikasi terkait proyek pembangunan infrastruktur di Provinsi Papua.

Tersangka Rijatono Lakka diduga menyerahkan uang kepada Lukas Enembe dengan jumlah sekitar Rp1 miliar setelah terpilih menggerakan tiga proyek infrastruktur di Pemprov Papua, yakni proyek multiyears peningkatan jalan Entrop-Hamadi dengan nilai proyek Rp14,8 miliar, proyek multiyears rehab sarana dan prasarana penunjang PAUD Integrasi dengan nilai proyek Rp13,3 miliar, dan proyek multiyears penataan lingkungan venue menembak outdoor AURI dengan nilai proyek Rp12,9 miliar.

KPK juga menduga tersangka LE telah menerima pemberian lain sebagai gratifikasi yang berhubungan dengan jabatannya hingga jumlahnya miliaran rupiah. Saat ini, KPK sedang mengembangkan lebih lanjut soal penerimaan gratifikasi itu.

Untuk kebutuhan penyidikan, tim penyidik telah menahan tersangka RL selama 20 hari pertama terhitung mulai 5 Januari 2023 sampai dengan 24 Januari 2023 di Rutan KPK pada Gedung Merah Putih KPK, Jakarta.

Tersangka LE sebagai penerima disangkakan melanggar Pasal 12 huruf a atau b atau Pasal 11 dan Pasal 12B Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001.

Sementara tersangka RL sebagai pemberi disangkakan melanggar Pasal 5 ayat (1) atau Pasal 5 ayat (2) dan Pasal 13 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya