Masyarakat Desa di Sekitar Perkebunan Sawit Masih Miskin, Apa Penyebabnya?

Pertumbuhan ekonomi di negara-negara berpenghasilan menengah di Asia Tenggara selama beberapa dekade terakhir menuai pujian karena berhasil mengurangi angka kemiskinan, baik secara absolut maupun relatif. Namun tidak pada masyarakat di sekitar kebun sawit.

oleh Yanuar H diperbarui 23 Jan 2023, 02:00 WIB
Diterbitkan 23 Jan 2023, 02:00 WIB
Potret Pekerja Perkebunan Kelapa Sawit di Aceh
Seorang pekerja membawa cangkang sawit di sebuah perkebunan sawit di Sampoiniet, provinsi Aceh (7/3/2021). Kelapa sawit merupakan tanaman perkebunan yang memiliki produksi terbesar di Kabupaten Aceh. (AFP Photo/Chaideer Mahyuddin)

Liputan6.com, Yogyakarta Masyarakat yang tinggal di sekitar perkebunan sawit masih miskin. Antropolog dari Universitas Indonesia, Suraya Afif mengatakan penyebabnya adalah belum jalannya program reformasi agraria yang dicanangkan pemerintah.

Oleh karena itu pemerintah seharusnya membuat kebijakan untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat yang tinggal di sekitar perkebunan sawit dan tidak sekedar memberikan konsesi lahan pada perusahaan sawit.

“Pemerintah perlu mengatasi atas keterlanjuran ini. Isu  agraria harus menjadikan persoalan kemiskinan dan stunting menjadi tujuan utama untuk memberikan kesejahteraan pada masyarakat di pedesaan. Di daerah sekitar perkebunan sawit kelompok perempuan paling terkena dampak,” kata Afif dalam Konferensi Internasional yang bertajuk The Paradox of Agrarian Change: Food Security and the politic of social Protection in Indonesia, di Gedung Masri Singarimbun, Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan (PSKK) UGM Rabu 18 Januari 2023.

Afif menyebutkan hasil penelitiannya, banyak pemuda dan perempuan di desa sekitar perkebunan sawit yang keluar dari desa. Hal ini karena mencari penghasilan baru ke perkotaan sebab tidak memiliki mata pencaharian. 

"Sebenarnya obsesi mereka punya lahan untuk mata pencaharian namun lahan dikuasai perusahaan perkebunan,” jelasnya.

Menurutnya penduduk desa sekitar perkebunan sawit saat ini tidak hanya kesulitan untuk mendapatkan akses sumber penghasilan, tapi juga memiliki kendala akses pada sumber pangan. 

 "Tidak hanya hidup miskin, para anggota keluarga juga mengalami persoalan stunting," paparnya.

Sosiolog dari Universitas Sumatera Utara Henri Sitorus mengatakan saat ini yang dibutuhkan masyarakat sekitar perkebunan sawit adalah pembukaan akses pangan dan sumber daya lahan. 

“Studi kasus yang kita temukan sangat beragam terkait keamanan pangan dan perikanan. Belum lagi ketimpangan dan kesempatan kerja di perusahaan perkebunan sawit meski hanya sebagai buruh lepas,” katanya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya