Peringatan 1 Abad NU, Berikut Tokoh-Tokoh Pendiri NU

Hari ini merupakan peringatan 1 Abad Nahdlatul Ulama atau NU. Adapun peringatan hari ini dilaksanakan di Sidoarjo, Jawa Timur dan perayaannya dilaksanakan di Stadion Gelora Delta selama 24 jam nonstop.

oleh Natasa Kumalasah Putri diperbarui 07 Feb 2023, 11:03 WIB
Diterbitkan 07 Feb 2023, 10:44 WIB
Nahdlatul Ulama (NU)
Nahdlatul Ulama atau NU (NU Online)

Liputan6.com, Bandung - Hari ini merupakan peringatan 1 Abad Nahdlatul Ulama atau NU. Adapun peringatan hari ini dilaksanakan di Sidoarjo, Jawa Timur dan perayaannya dilaksanakan di Stadion Gelora Delta selama 24 jam nonstop.

Peringatan ini juga berdasarkan dari perhitungan kalender Hijriah yaitu 16 Rajab 1344 Hijriah dan terhitung sudah 100 tahun NU hadir di Tanah Air. Puncak Resepsi 1 Abad yang dilaksanakan tersebut jug terdiri dari berbagai macam kegiatan mulai dari ritual keagamaan, karnaval nusantara, bazar UMKM, dan panggung hiburan rakyat.

Nahdlatul Ulama atau NU sendiri didirikan pertama kali pada 16 Rajab 1344 H di Kota Surabaya oleh seorang ulama serta para pedagang. Pertama dibentuknya adalah untuk membela praktik islam tradisionalis serta kepentingan ekonomi dari anggotanya.

Melansir dari nu.or.id Nahdlatul Ulama merupakan kelanjutan dari gerakan para kiai Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) yang mendirikan organisasi dan juga merupakan kelanjutan dari gerakan Wali Songo dan ulama penyebar Islam lainnya.

Karena adanya perubahan zaman, banyak juga perubahan dalam mempertahankan Islam di Nusantara. Jika sebelumnya para Kiai mempertahankannya melalui pesantren, maka cara lain yang digunakan adalah para Kiai mendirikan organisasi.

Bahkan tantangan lain harus dihadapi ketika penjajahan bangsa Eropa masuk ke wilayah Nusantara. Tidak hanya mengambil kekayaan alam, tetapi juga menyebarkan agama serta budayanya.

Maka dari itu para Kiai pun memutuskan untuk mendirikan sebuah organisasi sehingga bisa menahan persebaran agama yang disebarkan atau terbawa oleh para penjajah. 

Adapun organisasi Nahdlatul Ulama adalah salah satu bentuknya dan juga saat itu di Timur Tengah muncul sebuah paham baru saat terdapat paham mengenai pembaharuan dalam Islam yaitu dengan slogan kembali pada Al-Qur'an serta hadist dan antitaqlid kepada mazhab empat.

Bahkan, saat itu juga di Arab Saudi muncul paham Wahabi. Paham ini semakin kuat dan masif sejak Ibnu Saud, Raja Najd menaklukkan Hijaz yaitu Mekkah dan Madinah pada 1924 hingga 1925.

Paham Wahabi ini sangat dominan bahkan kelompok Islam lain pun dilarang mengajarkan mazhabnya dan tidak sedikit juga para ulama yang dibunuh. Paham Wahabi juga ternyata mendapat pengikut yang kuat di Nusantara sehingga membuat antibidah di mana-mana

Ini menjadi penyebab dari kemunduran, dilarangnya tahlilan, serta berbagai tradisi dari keagamaan lainnya yang mempunyai dasar dari ajaran Islam. Alhasil, para ulama Ahlussunnah wal Jamaah di Nusantara pun sangat resah dengan kebijakan Arab Saudi tersebut.

Mereka pun mengirim perwakilan ke Tanah Suci Makkah untuk bisa menghentikan kebijakan tersebut. Perbincangan mengenai utusan tersebut dilaksanakan di kediaman KH Wahab Hasbullah di Kertopaten, Surabaya pada 16 Rajab 1344 H atau 31 Januari 1926 yang bertepatan dengan membentuk komite Hijaz.

Tokoh-Tokoh Pendiri NU

Karena hal tersebut lah akhirnya mereka sepakat untuk membentuk organisasi bernama Nahdlatul Ulama agar bisa mewakili dalam utusan tersebut. Serta kebangkitan ulama berdasarkan dari usulan KH Mas Alwi Abdul Aziz.

Melansir dari nu.or.id jika berdasarkan dari buku “Pertumbuhan dan Perkembangan NU” milik Choirul Anam ada beberapa tokoh yang hadir pada saat pertemuan di Kertopaten, Surabaya seperti:

1. KH Hasyim Asy’ari Tebuireng (Jombang, Jawa Timur)

2. KH Abdul Wahab Chasbullah (Tambakberas, Jombang, Jawa Timur)

3. KH Bishri Syansuri (Jombang, Jawa Timur)

4. KH Asnawi (Kudus, Jawa Tengah)

5. KH Nawawi (Pasuruan, Jawa Timur)

6. KH Ridwan (Semarang, Jawa Tengah)

7. KH Maksum (Lasem, Jawa Tengah)

8. KH Nahrawi (Malang, Jawa Tengah)

9. H. Ndoro Munthaha (Bangkalan, Madura)

10. KH Abdul Hamid Faqih (Sedayu, Gresik, Jawa Timur)

11. KH Abdul Halim Leuwimunding (Cirebon, Jawa Barat)

12. KH Ridwan Abdullah (Jawa Timur)

13. KH Mas Alwi (Jawa Timur)

14. KH Abdullah Ubaid (Surabaya, Jawa Timur)

15. Syekh Ahmad Ghana’im Al Misri (Mesir)

16. Serta beberapa ulama yang tak tertuliskan namanya

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya