Krisis Bahan Pangan Teratasi, Warga Masalembu Menanti Berkah Setelah Badai

Krisis bahan pangan ini menjadi pelajaran bahwa Suplai sembako di Pulau Masalembu tak boleh lagi hanya bergantung pada Sistem Pasar

oleh Musthofa Aldo diperbarui 04 Mar 2023, 16:00 WIB
Diterbitkan 04 Mar 2023, 16:00 WIB
KRI Malahayati
Warga Masalembu saat menurunkan bantuan sembako dari KRI Malahayati

Liputan6.com, Jakarta - Krisis bahan pangan di Pulau Masalembu, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, telah teratasi. Ini berkat Respon cepat Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, yang langsung mengirimkan Kapal Perang RI Malahayati untuk menyuplai kebutuhan pokok sehari setelah kondisi darurat di Masalembu tersiar di media.

Menempuh perjalanan selama 12 jam dari Dermaga Lantamal Surabaya, KRI Malahayati tiba Rabu dini hari di Perairan Masalembu.

Paginya, 30 ton beras dan gula, dan ribuan bungkus minyak goreng, sarden, mie instan dan tabung elpiji dipindahkan secara bertahap ke Kapal-kapal nelayan untuk disalurkan ke warga.

Hadi, seorang warga, tak menyangka bantuan dari Pemprov Jatim akan datang secepat itu.

"Kedatangan KRI malahayati meredakan kepiluan seluruh warga pulau masalembu walau badai belum sepenuhnya berlalu, kami bersyukur pemerintah telah peduli dan tak membiarkan kami sendiri menghadapi balada laut ini," kata Hadi yang tinggal di Dusun Raas, Desa Masalima, Jumat (3/3/2023).

Sebelum disalurkan bantuan sembako itu dikumpulkan terlebih dahulu di Kantor Kecamatan. Penyaluran kemudian ditentukan lewat mitigasi wilayah merujuk kepadatan penduduk dan tingkat kerentanan di tiap desa.

"Pola distribusi melalui perangkat desa dan sejumlah posko untuk memastikan seluruh aduan warga terjawab dan agar terbagi dengan kesesuaian berdasar data yang terintegrasi di masing-masing dusun hingga desa," kata Kepala Desa Masalima, Darus Salam.

Saksikan Video Pilihan Ini:

Jadi pembelajaran

Bantuan sembako Masalembu
Kepala Desa Masalima Darus Salam (bertopi) saat menyalurkan sembako ke rumah-rumah warga.

Krisis bahan pangan yang dialami warga Masalembu terjadi karena siklus datangnya badai tropis tahun ini berlangsung terus menerus tanpa tanpa ada jeda reda.

Biasanya, kata Darus Salam, pola datangnya badai adalah seminggu badai, seminggu reda dan Minggu berikutnya badai lagi begitu terus-menerus. Di saat jeda badai reda itulah waktu bagi warga Masalembu menambah stok kebutuhan pokok.

Dari peristiwa ini, Darus Salam mengatakan memetik satu pelajaran bahwa pola lama penyetokan sembako harus diubah agar krisis bahan pangan tak terjadi lagi di masa mendatang.

"Ke depan Stok sembako yang biasanya diperankan pedagang dan berjalan sebagaimana hukum pasar yang bersandar pada supply dan demand, akan kami upayakan tercipta perimbangan dengan intervensi pemerintah desa melalui BUMDES turut menjadi bagian dari kegiatan distribusi sembako," kata alumnus UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta itu.

Bagi Badrus, sedahsyat apapun badai yang menerjang pulau itu, ada keberkahan yang sedang dinantikan para nelayan di sana, yaitu melimpahnya hasil tangkapan. Bagi nelayan Masalembu, badai tak hanya menghadirkan cerita Pilu. Dibaliknya akan datang kebahagiaan setelah badai berlalu.

“Setelah rehat lama karena badai, hasil tangkapan pasti melimpah. Nelayan di sini sudah hafal betul," ungkap dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya