Kisah Anak Muda yang Memanfaatkan Larangan Thrift Shop

Sebenarnya bukan khusus memanfaatkan larangan thrift shop, namun saat ini usaha Resya dan Dino sukses mengisi celah kekosongan penjual.

oleh Liputan6.com diperbarui 22 Mar 2023, 07:25 WIB
Diterbitkan 22 Mar 2023, 07:25 WIB
Floral
Memanfaatkan bahan dan tenaga lokal, Floral.id mencoba memanfaatkan celah kosong dari pasar yang selama ini menjadi segmen thrift shop. Foto: liputan6.com/edhie prayitno ige.

Liputan6.com, Semarang - Menjual kembali pakaian bekas impor atau thrifting resmi dilarang. Semata-mata bukan karena pajak yang masuk sangat kecil, namun karena dinilai merugikan industri pakaian dalam negeri.

Biasanya yang lebih ribet memilih pakaian adalah kaum perempuan. Problemnya sangat laten, masalah model dan beaya. Kaum perempuan sangat teliti dan sensitif dengan model, jangan sampai ketinggalan. Pun dengan beaya, bagi kaum kebanyakan mereka selalu terbentur harga yang mahal.

Resya, salah satu orang yang merasakan ini. Sebagai perempuan, Resya punya kemampuan menyulap kesulitannya memilih pakaian menjadi sebuah peluang mencari cuan.

“Awalnya mendapat tugas kuliah untuk mencari ide bisnis untuk mata kuliah kewirausahaan,” kata Resya.

Untuk menyempurnakan nilai akademiknya, peluang bisnis itu kemudian dijadikan bisnis sungguhan. Pilihannya jatuh pada fashion perempuan.

Sejak itulah mendirikan Floral.id. Sambil menyelesaikan kuliah, ia menekuni toko online ini dengan serius.

"Kebiasaan berlanjut sampai sekarang," katanya. 

Bagaimana cara Resya bertahan?

Ia tak sendiri. Setelah mulai kewalahan, ia mengajak Dino, pacarnya untuk membantunya. Dari dua pemikiran sepasang kekasih inilah toko online mereka akhirnya membesar.

"Trik paling mudah adalah bahwa kami selalu mengeluarkan koleksi terbaru setiap minggunya dengan mengikuti tren fashion muslim. Setiap minggu bisa 5 sampai 10 koleksi baru,” kata Dino.

Thrifting yang belakangan dilarang, memang sempat dirasakan sebagai kompetitor yang berat. Namun mereka mempelajari model yang tren dan dikerjakan dengan bahan lokal, dengan pekerja lokal.

"Agar ada fungsi sosialnya, akhirnya kami membuka reseller di seluruh Indonesia. Kami tak membatasi jumlahnya," kata Resya.

Dino yang akhirnya juga total terjun dalam bisnis ini memberi contoh salah satu cara memberdayakan masyarakat. Menyambut bulan Ramadhan Floral.id Official mencoba menawarkan produk fashion muslim untuk wanita, mulai dari atasan, rok, setelan, kerudung, hingga aksesori seperti tas dan sepatu. 

“Tentu bukan sekadar jualan saja. Kami merekrut reseller agar mereka bisa ikut berlebaran. Untuk produk fashion perempuan dengan harga Rp 25 ribu, bahkan kerudung dengan harga Rp15 ribu, tentu bukan hal sulit untuk menjual," kata Dino.

Model yang disediakan juga bervariasi, berpedoman pada berat badan. Yakni perempuan dengan berat badan 40 hingga 75 kilogram.

"Pertimbangan orang membeli di thrift shop adalah harga dan model. Nah kami mengolah celah itu," kata Resya.

Itulah sebabnya awal Ramadhan mereka melepas rangkaian produk. Mulai dari kerudung, abaya, tunik, hingga outer dengan model terbaru.

"Harapannya produk kami bisa diterima masyarakat yang terbiasa belanja di thrift shop. Jangan khawatir soal harga. Yang pasti ini juga membantu industri fashion dalam negeri," kata Dino. 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya