Liputan6.com, Gorontalo - Pengusaha kue kering di Provinsi Gorontalo kerap mengeluhkan mahalnya harga minyak goreng kemasan. Hal itu dirasakan setelah minyak goreng kemasan bersubsidi merk MinyaKita kembali sulit mereka ditemukan.
Mereka mengaku, jika menggunakan minyak goreng kemasan membuat kue kering yang mereka produksi memiliki cita rasa yang bagus. Jika beralih ke minyak goreng curah akan merusak kualitas kue tersebut.
Advertisement
Baca Juga
Tidak ada pilihan lain, mereka terpaksa membeli minyak kemasan yang harganya sangat mahal. Sebab, saat ini mereka mengejar target pesanan yang harus selesai pada lima hari sebelum hari raya Idulfitri.
"Meskipun mahal, terpaksa kami tetap beli. Karena kalau pakai minyak goreng curah, itu dinilai tidak bagus menjadi bahan baku kue kering," kata Rostin salah satu pengusaha kue di Gorontalo kepada Liputan6.com, Sabtu (01/04/2023).
Menurutnya, jika menggunakan minyak goreng curah sebagai bahan baku kue kering, selain akan berpengaruh pada cita rasa, kue tersebut tidak tahan lama untuk disimpan dalam waktu tertentu.
"Biasanya, kalau kami pakai minyak goreng curah, kue tersebut akan cemat amis dan jika disimpan lama, pasti akan berjamur. Apalagi minyak goreng curah saat ini juga mahal," tuturnya.
"Pertimbangan lain kami tidak menggunakan minyak goreng curah dinilai tidak higienis," katanya.
Saat ini, minyak goreng curah di beberapa pasar tradisional dijual dengan harga bervariasi. Bahkan, minyak goreng curah tak lagi mengikuti harga eceran tertinggi (HET) Pemerintah.
"Kami melihat harga minyak goreng curah tergantung ukuran. Biasanya minyak curah diisi dalam botol air mineral ukuran 600 mili dijual dengan harga Rp12 ribu per botol. Sementara botol ukuran 1.5 liter yang dijual hingga Rp30 ribu," ia menandaskan.