Liputan6.com, Jakarta - Yogyakarta, Rembang, Pacitan, Padang, Palembang hanyalah sebagian kecil kota di Indonesia yang menjadi saksi betapa digdayanya keilmuan Islam Nusantara.
Kelima kota itu sedikitnya telah melahirkan delapan generasi ulama kelas dunia. Hal tersebut terungkap dalam karya Syekh Yasin Padang: Al 'Iqdu Al Farid Min Jawahiri Al Asanid.
Baca Juga
"Kita punya tradisi keilmuan yang sudah mapan lebih dari delapan generasi di atas kita," terang Ahmad Ginanjar Sya'ban, Filolog Naskah Islam Nusantara dalam acara Inspirasi Ramadan 2023 BKN PDI Perjuangan bersama Host Mabda Dzikara, Selasa (4/4/2023).
Advertisement
Alumnus Universitas Al-Azhar Kairo Mesir itu menyatakan bahwa delapan generasi itu diurutkan dan disusun oleh Syekh Yasin Padang asal Padang Pariaman, Sumatera Barat untuk merunut jalur periwayatan yang shahih dari Bukhari.
Urusan ini tidak main-main. Sebab, sanad merupakan urusan kredensial antara guru terbaik dan murid yang telah dianggap kompeten untuk menyusun ilmu pengetahuan.
Dalam hal periwayatan hadist, sanad memegang peranan penting. Sebab ia menjadi filter atau katalisator atas kredibilitas tiap perawi hadist.
Ada beberapa nama yang kerap kita temui saat mencari hadist. Misal, Imam Bukhari, Imam Muslim dan At Tirmidzi. Nah, Syekh Yasin Padang juga salah satu putra bumi pertiwi yang masyhur atas keahlian yang sama.
Karyanya yang fenomenal adalah menyusun sanad yang merunut antar ulama asal Indonesia di dalam kitab Al 'Iqdu Al Farid Min Jawahiri Al Asanid. Dalam buku tersebut, terungkaplah sederet nama ulama asal Indonesia dalam riwayat Kitab Shahih Bukhari.
"Ada Syekh Baqir dari Jogja, Kiai Baidlowi dari Lasem Rembang, kemudian terus naik generasi ke atasnya ada Syekh Mahfudz asal Tremas, Pacitan, Jawa Timur dan Syekh Abdus Shamad dari Palembang," ujar Ginanjar.
Dari nama-nama tersebut, lanjut Ginanjar, diketahui ada tiga generasi turun-temurun yang memberikan sanad kepada anak-cucu. dan tercatat di dalam karya Syekh Yasin Padang. Yaitu ayah dan kakek dari Syekh Mahfudz Tremas Pacitan. Yakni Kiai Abdullah dan Syekh Abdul Manan.
Kemudian ada dari para guru Syekh Abdus Shamad, yaitu Syekh Aqib Palembang, Syekh Tayyib Palembang dan Syekh Ja'far Palembang.
"Ini adalah jalur emas Ulama Nusantara. Tradisi keilmuan antara guru dan murid terus diwariskan di Nusantara. Ini adalah bukti kekayaan intelektual kita," jelas pakar naskah Islam Nusantara itu.