Liputan6.com, Yogyakarta - Meski zaman sudah berkembang, tetapi berbagai mitos yang berkaitan dengan hal-hal mistis masih dipercaya oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Salah satu mitos yang masih dipercaya sejak dulu adalah mitos perempatan Palbapang, Bantul, Yogyakarta.
Perempatan yang menghubungkan Jalan KH Wahid Hasyim di utara, Jalan Samas di selatan, Jalan Srandakan di barat, dan Jalan Sultan Agung di timur, ini berjarak sekitar 16 kilometer dari pusat Kota Yogyakarta. Terdapat Rumah Sakit Khusus Paru Respira di dekat Perempatan Palbapang.
Meski strategis, perempatan Palbapang ini menyimpan momok tersendiri di baliknya. Masyarakat percaya, perempatan ini memiliki kekuatan mistis yang dapat memperburuk kondisi seseorang yang melewati jalan ini. Pengguna jalan yang tidak menjaga perilaku bahkan akan diganggu oleh 'penunggu' perempatan tersebut.
Advertisement
Baca Juga
Konon, pembangunan rumah sakit paru di dekat lokasi tersebut sempat tersendat karena kesulitan menanam paku bumi. Seolah-olah terdapat karet di tanah, sehingga membuat paku bumi sulit ditanam.
Masyarakat juga percaya, orang yang memang kondisinya sedang kurang baik atau sakit sebaiknya tidak melewati perempatan tersebut. Jika tetap dilakukan, maka akan menimbulkan malapetaka berupa sakit yang tak kunjung sembuh dan bisa berujung kematian.
Selain berkaitan dengan mitos orang sakit, Perempatan Palbapang juga memiliki mitos lain yang cukup populer, yakni pengantin harus melepas ayam saat melewati perempatan ini. Terdapat mitos yang melarang pengantin melewati jalan ini, tetapi jika hal itu tak bisa dihindari, maka pengantin tersebut harus melepaskan ayam sebagai penolak bala.
Jika hal itu tak dilakukan, konon pernikahan mereka akan ditimpa musibah. Selain ayam, tak jarang mereka juga akan meletakkan sesaji di tugu perempatan.
Tradisi melepas atau 'membuang' ayam ini tak hanya untuk menghindari musibah, tetapi juga sebagai bentuk sedekah. Ayam yang dilepas dipercaya tidak mudah terserang penyakit dan biasanya ditangkap warga sekitar sebagai bentuk berkah.
Â
Legenda Ki Ageng Mangir
Lahirnya mitos-mitos tersebut konon memiliki keterkaitan dengan legenda Bantul, Ki Ageng Mangir. Ia juga merupakan tokoh di balik asal-usul Palbapang.
Ki Ageng Mangir merupakan musuh sekaligus menantu raja pertama Kerajaan Mataram, Panembahan Senopati. Kala itu, Ki Ageng Mangir berjalan dari Mangir ke timur menuju Mataram.
Sebelum beranjak meninggalkan desa tersebut, ia sempat menamainya sebagai 'Palbapang'. Palbapang berasal dari kata 'pal' atau 'ngepal'.
Namun, sesampainya di sebuah desa, ia mendengar bisikan dari tombak sakti Kiai Baru Klinthing yang memintanya untuk membatalkan perjalanan ke Mataram.
Jika ia bersikeras melanjutkan perjalanannya, maka nyawanya dipastikan akan melayang. Meski sudah diperingatkan, niat Ki Ageng Mangir untuk ke Mataram tetap tak surut dan ia pun melanjutkan perjalanannya.
Saat berada di perjalanan, rombongannya pun berhenti untuk istirahat. Ia pun kembali teringat akan bisikan pusakanya.
Ki Ageng Mangir sadar Panembahan Senopati adalah musuh sekaligus mertua yang harus ia hormati. Ia pun menjadi bimbang, tetapi tetap melanjutkan perjalanannya.
Benar saja, begitu bertemu Panembahan Senopati, kepala Ki Ageng Mangir dibenturkan ke kursi singgasana oleh sang mertua. Ki Ageng Mangir pun tewas seketika.
Â
Penulis: Resla Aknaita Chak
Advertisement