Liputan6.com, Madura - Tellasan topa' atau tellasan topak merupakan salah satu tradisi sakral masyarakat Sumenep, Madura. Tradisi ini biasanya dilaksanakan usai perayaan Hari Raya Idulfitri.
Mengutip dari sumenepkab.go.id, tradisi ini disebut sakral karena sebelumnya sebagian umat Islam ada yang berpuasa sunnah enam hari sejak hari kedua bulan Syawal. Selanjutnya, tradisi tellasan topak akan digelar pada 8 Syawal.
Konon, tradisi ini sudah berlangsung sejak Islam masuk ke nusantara, khususnya di Jawa. Topak atau ketupat merupakan makanan berbahan dasar beras yang dibungkus anyaman janur kuning. Topak biasanya disajikan bersama soto, opor, campor, kaldu, dan lainnya.
Advertisement
Beberapa pelajaran yang dapat diambil dari tellasan topak adalah tumbuhnya sikap guyub, gotong royong, saling membantu, dan saling memberi. Sikap-sikap tersebut sangat diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari.
Baca Juga
Dahulu, warga Madura menyiapkan topak secara bersama-sama, mulai dari mencari janur, menganyam, dan mengisi wadah atau orong dengan beras. Topak tersebut selanjutnya akan dikukus dengan menggunakan tungku.
Pada proses inilah masyarakat setempat akan saling membantu satu sama lain. Tak lupa mereka juga akan saling bertukar menu masakan ketupat sambil bersilaturahmi.
Namun, suasana gotong royong membuat topak ini mulai bergeser. Lambat laun, orong topak atau wadah topak mulai dijual bebas di pasar-pasar maupun di pedagang pinggir jalan.
Banyak warga yang memilih membeli topak, sehingga hanya perlu mengisinya dengan beras dan mengukusnya di rumah. Semakin berkembangnya zaman, meningkatnya kesibukan atau aktivitas lain membuat masyarakat semakin mencari cara instan.
Banyak masyarakat yang memilih membeli ketupat yang sudah matang. Mereka cukup membelahnya dan menyajikannya saat tellasan topak tiba. Meski demikian, masih ada beberapa masyarakat yang mepertahankan tradisi ini dengan membuat topak sendiri di rumah.
Â
Penulis: Resla Aknaita Chak