5 Rekomendasi Jajanan Pasar Khas Jawa Tengah yang Cocok untuk Oleh-Oleh

Berikut aneka jajanan pasar khas Jawa Tengah yang cocok menjadi oleh-oleh.

oleh Tifani diperbarui 29 Apr 2023, 05:00 WIB
Diterbitkan 29 Apr 2023, 05:00 WIB
lumpia
ilustrasi lumpia/copyright Shutterstock

Liputan6.com, Semarang - Jawa Tengah dikenal memiliki beragam makanan tradisional yang menarik, termasuk aneka jajanan pasarnya yang lezat. Bagi para wisatawan pecinta kuliner mencicipi jajanan pasar Jawa Tengah tentu tidak bisa dilewatkan.

Meski tampak sederhana, aneka jajanan pasar khas Jawa Tengah tentu memiliki cita rasa yang istimewa. Terlebih kini, ada banyak jajanan pasar khas Jawa Tengah yang dapat menjadi pilihan oleh-oleh atau buah tangan.

Dikutip dari berbagai sumber, berikut aneka jajanan pasar khas Jawa Tengah yang cocok menjadi oleh-oleh.

1. Lumpia Semarang

Makanan khas dari Semarang ini terdiri dari kulit dan isi. Kulit lumpia dibuat dari adonan tepung terigu, putih telur, air, dan bumbu dapur.

Adonan ini kemudian didadar menjadi lembaran tipis. Isi lumpia merupakan masakan sayur rebung yang ditumis dengan daging cincang, udang cincang, orak-arik telur, dan sayuran segar.

Lumpia biasanya disajikan bersama saus bercita rasa manis gurih dan cabai rawit serta bawang merah muda. Jajanan pasar khas Jawa tengah disajikan dalam 2 pilihan yaitu basah atau goreng,.

Namun, keduanya sama-sama memiliki rasa gurih, manis dan nikmat apalagi saat dicocol dengan saus yang khas. Harga lumpia cukup terjangkau mulai dari Rp 10.000 saja.

2. Getuk Goreng Sokaraja

Gethuk satu ini berasal dari Sokaraja, Kabupaten Banyumas. Getuk goreng pada awalnya ditemukan oleh Sanpirngad pada 1918.

Saat itu, Sanpirngad dan istrinya berjualan nasi rames di sebuah warung kecil. Ia juga menjual sayuran dan beberapa jajanan lainnya, seperti mendoan dan getuk.

Suatu ketika getuk yang dijualnya tidak laku, tetapi ia merasa sayang jika harus membuangnya. la pun tak kehabisan akal memutar cara agar getuk- getuk tersebut masih tetap dapat dikonsumsi dan dijual.

Lalu Pak Sanpirngad berinisiatif menggorengnya dengan menambahkan gula dan parutan kelapa. Di luar perkiraan, getuk goreng tersebut justru diminati dan laku keras di pasaran.

Getuk goreng masih banyak dijual dan menjadi makanan tradisional khas Sokaraja yang terkenal sampai saat ini. Harga getuk goreng dibanderol mulai dari Rp 10.000-Rp 25.000.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Geblek Purworejo

3. Geblek Purworejo

Jajanan pasar khas Jawa Tengah yang cocok menjadi oleh-oleh selanjutnya adalah geblek. Geblek terbuat dari tepung singkong yang dibuat berbagai bentuk. Biasanya, geblek disajikan dengan saus kacang maupun sambal bawang sebagai cocolan.

Rasa kenyal dan gurih yang khas ditambah dengan saus kacang sebagai cocolan membuat ketagihan bagi siapa saja yang menyantapnya. Geblek paling nikmat dinikmati selagi hangat. Sebab jika sudah dingin, geblek bertekstur keras dan sulit dikunyah.

Geblek dijual dengan harga yang sangat terjangkau, yakni mulai Rp 1.000 per 100 gram.’

4. Enting-enting Gepuk Salatiga

Enting-enting gepuk merupakan makanan khas dari Kabupaten Salatiga. Makanan ringan ini dibuat dari kacang, gula pasir, glukosa, dan sirup prambozen Awalnya, enting-enting gepuk merupakan makanan tradisional orang-orang Tionghoa yang saat itu tinggal di Salatiga.

Makanan ringan yang bertekstur kering terbuat dari olahan kacang tanah dan gula memberikan perpaduan rasa manis, gurih, dan renyah. Harga jajanan pasar khas Jawa Tengah ini dibanderol mulai dari Rp 25.000 per paknya.

5. Serabi Solo

Serabi menjadi salah satu makanan tradisional legendaris yang juga berkembang di Kota Solo. Jajanan ini terbuat dari tepung beras, pandan, vanila, gula, dan santan.

Kemudian dimasak dengan wajan kecil dari tanah liat dan dipanggang di arang. Serabi ini mirip dengan panekuk, berbentuk bulat, agak fluffy, dan berpori-pori. Salah satu serabi yang terkenal di Kota Solo adalah Serabi Notosuman. Toko serabi yang ada sejak tahun 1923.

Nama Notosuman diambil dari nama jalan tempat Serabi Notosuman berada. Konon katanya, Serabi Notosuman ini tercipta tanpa sengaja.

Nyonya Hoo Ging Hok, pemilik Serabi Notosuman dulu menjual apem. Suatu hari Hoo Ging Hok diminta oleh tetangganya membuat apem dengan bentuk berbeda dan terciptalah apem pipih yang kemudian dipanggil serabi oleh orang-orang.

Sejak saat itu, Hoo Ging Hok berjualan Serabi Notosuman yang masih eksis hingga sekarang. Harga serabi khas Solo dibanderol mulai dari Rp 15.000 saja

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya