Liputan6.com, Batam - Dunia maya heboh dengan viralnya sebuah konten karya seorang konten kreator dengan akun Instagram @enjoybatam_. Konten tersebut menampilkan orang sedang makan sushi menggunakan tangan dan kemudian mendapatkan teguran dari staf restoran Japanese Food Point yang mewajibkannya menggunakan sumpit.Â
Peristiwa ini pun menjadi perdebatan hangat di kalangan warganet Seiring dengan tersebarnya video tersebut, banyak warganet yang memberikan komentar mereka.Â
Baca Juga
Sebagian besar dari mereka mendukung Enjoy Batam dan menyatakan bahwa cara makan sushi menggunakan tangan adalah hal yang wajar dan sesuai dengan budaya makanan Jepang.
Advertisement
Mereka menekankan bahwa dalam tradisi Jepang, makan sushi menggunakan tangan adalah cara yang umum dan tidak ada aturan baku yang menyebutkan harus menggunakan sumpit.
Japanese Food Point menjadi sasaran serangan warganet yang tidak setuju dengan tindakan memaksakan penggunaan sumpit. Banyak komentar negatif yang ditujukan kepada Japanese Food Point.
Pihak Japanese Food Point menjelaskan bahwa yang terjadi hanya kesalahpahaman saja. Mereka juga mengaku sudah meminta maaf kepada akun @enjoybatam_ secara langsung.
Teguh Satrio Wibowo selaku konten creator Enjoy Batam menginginkan permasalahan ini segera selesai dan berharap netizen tidak memberikan komentar buruk lagi.
"Saya pribadi ingin dikenal sebagai konten creator yang bermanfaat," kata Teguh, Rabu (10/5/2023).
Teguh mengaku sudah tercapai kesepahaman dan malah menjadikan Japanese Food Point sebagai partner kreatif untuk memperkenalkan keanekaragaman budaya makanan kepada masyarakat.Â
"Sebenarnya tidak ada cara 'benar' atau 'salah' saat menyantap sushi. Yang terpenting adalah menghormati preferensi individu dalam memilih cara makan," kata Teguh.
Teguh juga berharap kontroversi ini memberikan pelajaran berharga untuk lebih menghargai dan memahami perbedaan budaya.
"Harapannya saat kami berkolaborasi mampu melahirkan inspirasi dan harmoni antarbudaya dalam konteks makanan yang lebih inklusif dan menghormati keanekaragaman budaya," katanya.Â