Liputan6.com, Jakarta Seorang kerabat pasien di RSUD Kota Kendari, tiba-tiba menganiaya seorang perawat kamar ICU hingga mengalami gangguan pendengaran, Rabu (24/5/2023). Kejadiannya, tepat sesaat setelah salah seorang pasien meninggal dunia usai mendapat perawatan medis.
Awal mula pemukulan, terjadi saat keluarga pasien masuk dalam ruang ICU. Saat itu, ada juga sejumlah perawat ikut berada di dalam ruangan rawat inap.
Korban penganiayaan, Elking menceritakan, sebelum pemukulan terjadi, pasien dimasukkan ke dalam ruangan ICU oleh perawat. Kemudian, terjadi serah terima perawat shift jaga sore dan jaga malam.
Advertisement
"Saat itu, kondisi pasien kami berikan bantuan napas," ujar Elking, Kamis (25/5/2023).
Baca Juga
Melihat kondisi pasien, perawat RSUD Kota Kendari kemudian memberikan bantuan napas selama setengah jam. Hasilnya, kondisi pasien mulai terlihat agak membaik. Perawat melanjutkan dengan pemberikan bantuan napas oksigen.
Usai SOP dilakukan, sekitar 15 menit kemudian, keluarga pasien bertanya kepada perawat, apakah boleh memberi makan pasien. Namun, perawat di dalam kamar melarang karena bisa mengakibatkan kondisi membahayakn bagi pasien.
"Setelah itu, sekitar 1 jam kemudian, kondisi pasien mulai memburuk, kami yang tugas, kemudian masuk dalam ruang pasien, lalu memberikan bantuan napas," cerita Elking.
Beberapa saat kemudian, berdasar hasil observasi perawat, pasien mengalami henti napas dan jantung. Sejumlah perawat kemudian memberikan edukasi bahwa akan dilakukan resitasi jantung paru (RJP). Namun, keluarga menolak arahan perawat.
"Masih belum selesai, kami perawat berupaya membuktikan hasil perekaman EKG, untuk memastikan apakah pasien masih ada tanda-tanda kehidupan atau bagaimana," ujarnya.
Ternyata, menurut Elking, hasil EKG sudah menandakan pasien sudah meninggal dunia. Pihak perawat kemudian menjelaskan keluarga. Lalu, meminta izin kepada kerabat pasien untuk melepas peralatan di tubuh pasien.
"Saat saya sedang membersihkan peralatan, saat itu, ada salah seorang anak pasien yang sedang memeluk orang tuanya yang sudah meninggal tiba-tiba bertanya," katanya.
Pria tersebut, bertanya kepada para perawat siapa yang melarang keluarga memberi minum ibunya. Pria tersebut, kemudian menarik lengan Elking dan melayangkan pukulan ke arah kepala.
"Pukulannya kena kepala bagian belakang sebelah kiri," kata Elking.
Dia pun langsung keluar ruangan. Tindakan ini, dilakukan untuk mengamankan diri karena di dalam ruangan banyak terdapat keluarga pasien. Dalam rekaman CCTV terlihat, ada juga sekuriti RSUD Kota Kendari yang ikut menahan amukan kerabat pasien.
Direktur Rumah Sakit Angkat Bicara
Direktur RSUD Abunawas, Dr Sukirman mengatakan, pihaknya sudah melakukan rapat usai pemukulan terhadap seorang pegawainya. Kesimpulannya, korban pemukulan sepakat melaporkan ke kepolisian agar peristiwa ini tidak terjadi berulang-ulang.
"Yang akan kami bawa ke polisi, yakni alat bukti rekaman cctv dan keterangan saksi," kata Sukirman.
Dia melanjutkan, pihaknya akan melaporkan secara tertulis kronologis ke pihak kepolisian. Sukirman melanjutkan, pihaknya memastikan sudah merawat dan menangani pasien sesuai SOP.
"Kami sudah melakukan sesuai SOP, namun keluarga pasien tidak menerima," ujar Sukirman.
Ketua Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Sulawesi Tenggara Heriyanto mengatakan, pihaknya berkewajiban membela anggotanya. Apalagi, kata Heriyanto, mereka sudah bekerja sesuai SOP.
"Terkait kasus ini, kami sudah siapkan pembelaan, kuasa hukum juga sudah," ujar Heriyanto.
Dia juga meminta kesediaan pihak kepolisian, untuk memberikan perlindungan saksi korban. Sebab, menurutnya, bisa jadi ada potensi pihak terlapor mengambil tindakan tidak bertanggungjawab.
"Kami berterima kasih kepada pihak rumah sakit, karena standar pelayanan berupa CCTV ada di setiap kamar, sehingga perawat kami terlindungi," ujarnya.
Dia juga berharap, laporan ke kepolisian, bisa menimbulkan sikap jera. Sehingga, kejadian ini tidak terulang kembali di masa mendatang.
Advertisement