Fenomena PHK Massal, Ini Cara Kelola Marketing untuk Jaga Kesehatan Perusahaan

Fenomena pemutusan hubungan kerja (PHK) atau layoff massal sudah terjadi di berbagai perusahaan digital Tanah Air sejak tahun 2022 lalu hingga saat ini.

oleh Liputan6.com diperbarui 23 Jun 2023, 17:09 WIB
Diterbitkan 23 Jun 2023, 12:44 WIB
Binus International
Sesi sharing wawasan pemasaran produk tangible dan intangible Binus International bersama Marketing Enthusiast Community (MEC), Sabtu (10/6/2023). (Liputan6.com/Binus International)

 

 

Liputan6.com, Jakarta - Fenomena pemutusan hubungan kerja (PHK) atau layoff massal sudah terjadi di berbagai perusahaan digital Tanah Air sejak tahun 2022 lalu hingga saat ini. Banyaknya peristiwa PHK di dunia digital ini menunjukkan bahwa kestabilan perusahaan masih belum cukup. 

Di sinilah marketing punya peranan penting untuk profitability, dan pada akhirnya berkontribusi pada tercapainya perusahaan yang lebih sehat. Hal inilah yang mendasari gelaran sesi sharing wawasan pemasaran produk tangible dan intangible Binus International bersama Marketing Enthusiast Community (MEC), Sabtu (10/6/2023).

Topik yang diangkat adalah "How to Market Tangible vs Intangible Products", guna menjawab tantangan dari dunia marketing yang senantiasa berkembang secara dinamis. Diskusi ini melibatkan praktisi pemasaran lintas industri produk tangible dan intangible. Kemudian mengulas bagaimana mengelola produk dan layanan dapat berkontribusi positif pada kesehatan perusahaan.

“Saya berkeyakinan, marketing memiliki peran penting dalam keberlangsungan perusahaan. Tidak hanya sebagai pelengkap tapi justru menjadi salah satu tulang punggung perusahaan untuk dapat berkontribusi secara aktif untuk dapat menyehatkan kondisi perusahaan,” ujar Glenn Karela, CPM, praktisi  dan pemerhati marketing, digital, dan bisnis.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Produk dan Layanan

Dalam memasarkan produk tangible dan intangible, praktisi marketing memiliki tantangannya masing-masing. Akan tetapi terdapat benang merah yang sama.

“Pada akhirnya, apa yang kita pasarkan adalah produk dan layanan, yang harus sesuai dengan brand promise yang kita sampaikan, terlepas apakah produk tersebut tangible atau intangible,” papar Ferry Haryanto, Marketing Director Garuda Food.

Sementara itu mengenai tantangan dari masing-masing, Vina Oktavia, Head of Digital Marketing Allianz memaparkan bahwa produk intangible umumnya berupa layanan, dan bukan produk fisik yang bisa dilihat dan dipegang. Sehingga lebih susah untuk dipasarkan. 

Intangible harus memiliki value yang lebih dirasakan oleh konsumen, dan tentunya pelayanan after sales yang prima,” ungkapnya 

Harapan Binus International dan MEC untuk Marketers melalui event tersebut, MEC berharap bisa mengukuhkan posisinya sebagai wadah kolaborasi antara para praktisi pemasasran di Indonesia.

Kerja sama Binus International dengan MEC adalah komunitas marketing yang beranggotakan ratusan praktisi pemasaran dari berbagai industri yang tersebar di Jakarta, Surabaya, dan Bali yang diprakarsai oleh Glenn Karela, CPM.

Kerja sama ini dapat terwujud karena keselarasan visi misi kedua lembaga. Aldridge Christian Seubelan, Brand Manager Binus Higher Education menjelaskan bahwa komunitas MEC sudah lama menjadi wadah untuk berbagi pengalaman mengenai dunia kerja, utamanya mengenai marketing dan bisnis. 

“Sesuai dengan tujuan kampus kami, Binus sangat terbuka untuk hubungan kolaborasi pertukaran ilmu,” ujarnya.

 

 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya