5 Fakta Menarik Tradisi Meugang Aceh Saat Hari Raya Iduladha

Berikut fakta menarik tradisi meugang Aceh untuk merayakan Hari Raya Iduladha.

oleh Tifani diperbarui 25 Jun 2023, 10:00 WIB
Diterbitkan 25 Jun 2023, 10:00 WIB
Tradisi Meugang dari Aceh
Warga Aceh berbelanja daging pada perayaan tradisi Meugang Ramadan 1440 Hijriah di pasar tradisional di Banda Aceh, 4 Mei 2019. Meugang merupakan tradisi turun temurun masyarakat Aceh dengan membeli, mengolah, hingga menyantap daging bersama keluarga. (CHAIDEER MAHYUDDIN/AFP)

Liputan6.com, Aceh - Hari Raya Iduladha merupakan salah satu hari besar yang dirayakan seluruh umat muslim di dunia. Selain identik dengan penyembelihan hewan kurban, masyarakat Indonesia juga memiliki tradisi-tradisi unik ketika hari raya Iduladha.

Salah satunya adalah tradisi meugang yang berasal dari Aceh. Tradisi meugang adalah tradisi yang sangat familiar bagi masyarakat Aceh, terutama di hari-hari besar keagamaan.

Tradisi meugang adalah memasak daging dan menikmatinya bersama keluarga, kerabat, dan yatim piatu oleh masyarakat Aceh. Tradisi ini telah mengakar dalam masyarakat Aceh, sehingga hampir semua wilayah di Serambi Mekkah menggelar tradisi tersebut.

Meskipun daging sapi menjadi yang utama dalam tradisi meugang, namun ada juga masyarakat yang memasak daging kambing, kerbau, ayam, dan bebek. Dikutip dari laman kebudayaan.kemdikbud.go.id, berikut fakta menarik tradisi meugang Aceh untuk merayakan Hari Raya Iduladha.

1. Sejarah Tradisi Meugang Aceh

Tradisi meugang memiliki nilai historis yang berkaitan dengan penyebaran Islam di Aceh sekitar abad ke-14 masehi. Tradisi ini sudah dimulai sejak masa Kerajaan Aceh Darussalam.

Pihak Kerajaan Aceh Darussalam menggelar tradisi meugang yang dihadiri oleh sultan, menteri, pembesar kerajaan, serta ulama. Pada hari itu, raja membagikan daging, pakaian, dan beras, kepada fakir miskin dan dhuafa.

Sementara itu, sumber lainnya menyebutkan asal tradisi meugang berawal dari Sultan Iskandar Muda. Sebagai wujud rasa syukur menyambut Ramadhan, maka Sultan Iskandar Muda memotong lembu atau kerbau, kemudian dagingnya dibagikan kepada rakyat.

2. Memiliki Banyak Sebutan

Meskipun lebih dikenal dengan nama meugang, namun ternyata tradisi ini memiliki beberapa sebutan lainnya. Meskipun berbeda, namun masih merujuk pada tradisi yang sama.

Meugang juga dikenal dengan nama mak meugang, haghi mamagang, uroe meugang, atau uroe keuneukoh.

3. Digelar 3 Kali Setahun

Masyarakat Aceh menggelar tradisi meugang selama tiga kali dalam setahun. Meugang digelar untuk menyambut bulan Ramadhan, Hari Raya Idul Fitri, dan Hari Raya Idul Adha.

Masyarakat muslim Aceh meyakini, mereka harus menyambut hari-hari suci Islam tersebut dengan istimewa.

4. Makna Tradisi Meugang

Selain menghormati hari suci umat Islam, tradisi meugang memiliki makna tersendiri bagi masyarakat Aceh. Perayaan meugang menjadi momen penting untuk berkumpul seluruh keluarga.

Biasanya, anak dan saudara yang merantau akan pulang dan berkumpul saat meugang. Nilai kebersamaan inilah yang ingin ditanamkan oleh para leluhur melalui tradisi meugang.

Bahkan, di daerah pedesaan yang masih kental dengan adat istiadat Aceh, seorang menantu laki-laki yang masih menetap di rumah mertua mempunyai kewajiban membawa pulang daging saat meugang.

5. Masakan Khas Iduladha dalam Tradisi Meugang

Fakta unik meugang selanjutnya adalah jenis masakan daging yang dimasak dan disantap bersama. Setiap daerah memiliki masakan khas meugang. Di Pidie, Bireun, Aceh Utara misalnya, daging meugang diolah menjadi kari dan sop daging.

Beda dengan di Aceh Besar, daging diolah menjadi daging asam keueung, sie reuboh, rendang, dan sop daging. Di Kabupaten Nagan Raya, Aceh Barat, Aceh Barat Daya, dan Aceh Selatan daging meugang biasanya dibuat gulai merah dengan ciri khas rasa pedas menyerupai masakan Padang, Sumatera Barat.

Selain daging, terdapat beberapa makanan yang sering disediakan khusus pada hari meugang seperti tape, leumang, serta timphan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya