Guru Besar UGM Ungkap Ancaman Paling Berbahaya yang Ditimbulkan AI

AI bisa menimbulkan ancaman besar saat pengembangnya merilis varian baru AI tetapi melanggar etika.

oleh Yanuar H diperbarui 03 Jul 2023, 20:00 WIB
Diterbitkan 03 Jul 2023, 20:00 WIB
Dengan bantuan AI, begini penampakan sejumlah wilayah di Jakarta tenggelam
Dengan bantuan AI, begini penampakan sejumlah wilayah di Jakarta tenggelam (dok: @kamusmahasiswa)

Liputan6.com, Yogyakarta - Kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) bagai dua sisi mata uang, satu sisi memberikan manfaat namun di sisi lain dapat menimbulkan ancaman. Guru Besar UGM, Ridi Ferdiana, mengatakan kehadiran AI selain memudahkan pekerjaan manusia dan membantu lebih kreatif, namun AI bisa menimbulkan ancaman besar saat ada yang mengembangkan varian baru AI tetapi melanggar etika.

“AI jadi berbahaya ketika ada orang pintar yang paham AI dan membuat varian baru AI yang menyalahi etika seperti penyalahgunaan terkait dengan privasi seperti perubahan muka dan sebagainya. Itu bahaya yang paling mengerikan,” papar Dosen Departemen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi UGM ini  saat menyampaikan paparan terkait Open AI dan Chat GPT dalam Sekolah Wartawan, Senin (26/6/2023).

Pakar Teknologi Informasi ini menyatakan kondisi yang tidak bisa dicegah ini harus terdapat counter measure untuk mengatasinya. Contoh, ada kemampuan peneliti-peneliti AI dalam mengidentifikasi penyimpangan yang terjadi dan memasukan ke aturan  terkait AI. Sehingga, saat timbul kejadian penyimpangan dapat melakukan penindakan secara hukum.

“Begitu ada skenario menyimpang dan belum ada aturan ya dibebaskan. Jadi kebayangkan penyalahgunaannya jadi harus ada counter measure dan ditutup aturan,” tuturnya.

Ridi mengatakan perkembangan AI saat ini sulit untuk dicegah, karena, beberapa konsep AI sudah bersifat terbuka dan dikembangkan oleh siapa saja. Kendati begitu akses terhadap AI bisa dibatasi salah satunya seperti AI face recognition.

“Ke depan AI seperti kepemilikan senjata api yang harus berizin. Untuk AI yang sifatnya terbuka/umum silahkan digunakan, tetapi AI yang spesifik yang berpotensi mengalami kelalaian mekanismenya akan ada perijinan dan ini sudah dilakukan,” urainya.

Namun penggunaan AI di dunia pendidikan, menurutnya justru menjadi titik transformasi bagi pendidik dan hal ini tidak bisa dihindari lagi. Menurutnya, AI membawa kemajuan terutama untuk hal-hal yang bersifat produktivitas. 

"Hanya saja yang menjadi persoalan utamanya adalah dunia pendidikan saat ini tidak bisa lagi menggunakan pendekatan penilaian secara konvensional. Penilaian diubah dengan sistem yang tidak dapat dipelajari oleh mesin."

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya