Liputan6.com, Jakarta - Dalam dunia keuangan, terdapat istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan perubahan nilai mata uang. Salah satunya adalah redenominasi.
Baca Juga
Advertisement
Redenominasi mata uang adalah proses penggantian denominasi mata uang yang berlaku dengan denominasi baru. Pada redenominasi, nilai nominal mata uang dikurangi dengan memangkas angka nol, sementara nilai ekonominya tetap sama.
Tujuan utama dari redenominasi adalah untuk menyederhanakan sistem keuangan dan memudahkan transaksi. Redenominasi sering dilakukan ketika mata uang mengalami inflasi yang tinggi atau memiliki terlalu banyak nol pada nilai nominalnya.
Misalnya, penggantian mata uang dengan denominasi lama 1.000 dengan denominasi baru 1, atau 1.000.000 dengan 1. Redenominasi tidak mempengaruhi daya beli atau nilai ekonomi sebenarnya dari mata uang tersebut.
Sedangkan, redenominasi rupiah adalah penyederhanaan nilai mata uang rupiah tanpa mengubah nilai tukarnya. Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan telah menggulirkan rencana redenominasi rupiah sejak 2020.
Redenominasi rupiah dilakukan dengan memangkas tiga angka nol, sehingga Rp1.000 akan menjadi Rp1.
Redenominasi rupiah jika dilakukan akan mengubah transaksi dan kebiasaan di dalam masyarakat. Perubahan paling nyata terlihat adalah nilai nominal yang tertera di lembar uang kertas rupiah.
Adanya redenominasi ini juga dapat kembali menghadirkan uang pecahan sen, yang nilainya di bawah.
Sejarah Redenominasi
Praktik redenominasi mata uang telah ada sejak lama dan dilakukan oleh banyak negara di seluruh dunia. Salah satu contoh redenominasi yang terkenal adalah kasus redenominasi Zimbabwe pada 2009.
Negara tersebut mengganti mata uang mereka yang bernilai sangat rendah dengan denominasi baru yang memiliki nilai nominal lebih kecil. Redenominasi ini dilakukan sebagai respons terhadap inflasi yang sangat tinggi dan ketidakstabilan ekonomi yang melanda Zimbabwe.
Selain itu, beberapa negara juga telah melaksanakan redenominasi sebagai upaya untuk menyederhanakan sistem mata uang mereka. Redenominasi dapat melibatkan perubahan simbol, kode, atau nilai nominal mata uang.
Proses ini sering kali dilakukan bersamaan dengan kampanye edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat untuk memastikan pemahaman yang tepat terkait perubahan tersebut.
Redenominasi juga dapat dilakukan sebagai bagian dari upaya untuk memperbaiki stabilitas ekonomi dan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap mata uang.
Dalam beberapa kasus, redenominasi diikuti dengan perubahan kebijakan moneter dan langkah-langkah lainnya untuk mengatasi masalah inflasi, ketidakstabilan ekonomi, atau kelemahan sistem keuangan yang ada.
Advertisement
Tujuan Redenominasi
Berikut ini beberapa tujuan redenominasi sebagaimana dirangkum dari berbagai sumber:
Mempermudah transaksi
Redenominasi bertujuan untuk memudahkan transaksi sehari-hari. Dengan mengurangi angka nol pada mata uang, nilai nominal uang yang harus dituliskan dan dihitung dalam setiap transaksi menjadi lebih kecil, sehingga memudahkan perhitungan dan mengurangi kesalahan dalam bertransaksi.
Efisiensi administrasi
Redenominasi juga dapat meningkatkan efisiensi administrasi keuangan negara. Dengan mengurangi angka nol pada uang, sistem administrasi keuangan menjadi lebih sederhana dan efisien. Proses penghitungan, pelaporan, dan pencatatan keuangan dapat dilakukan dengan lebih cepat dan mudah.
Mengatasi inflasi tinggi
Redenominasi juga dapat dilakukan sebagai upaya untuk mengatasi inflasi yang tinggi. Ketika nilai uang terus terkikis oleh inflasi, redenominasi dapat membantu mengurangi jumlah angka yang digunakan dalam harga barang dan jasa. Hal ini dapat memberikan kesan stabilisasi ekonomi dan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap mata uang.
Â
Risiko
Meski demikian, ekonom sepakat terkait risiko yang kemungkinan bakal dibawa oleh adanya kebijakan redenominasi bila tidak tepat dilakukan. Berikut ini beberapa risiko redenominasi:
Biaya implementasi
Proses redenominasi dapat membutuhkan biaya yang signifikan. Pemerintah perlu mengeluarkan anggaran untuk mencetak dan mendistribusikan uang baru dengan denominasi yang baru. Selain itu, biaya sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat juga perlu diperhitungkan.
Ketidakstabilan ekonomi
Jika redenominasi dilakukan di tengah ketidakstabilan ekonomi, risiko inflasi yang tinggi, atau krisis keuangan, proses tersebut dapat memperburuk situasi ekonomi. Perubahan dalam denominasi mata uang dapat menimbulkan kebingungan dan ketidakpastian di kalangan masyarakat dan pelaku bisnis.
Masalah teknis
Redenominasi juga dapat menyebabkan masalah teknis terkait pengaturan sistem keuangan. Perlu dilakukan perubahan pada perangkat lunak dan perangkat keras dalam sistem perbankan, mesin ATM, sistem pembayaran elektronik, dan sistem lainnya yang terkait dengan pengolahan uang.
Penting untuk dicatat bahwa redenominasi berbeda dengan devaluasi mata uang. Redenominasi hanya berkaitan dengan perubahan denominasi nominal uang, sedangkan devaluasi mata uang berkaitan dengan penurunan nilai tukar mata uang terhadap mata uang asing.
Redenominasi adalah proses penggantian denominasi mata uang yang bertujuan untuk menyederhanakan sistem keuangan dan mempermudah transaksi. Namun, redenominasi juga memiliki risiko dan tantangan yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaannya.
Advertisement