Liputan6.com, Gorontalo - Masyarakat Gorontalo dikenal kental dengan kombinasi nuansa adat dan budaya. Potret tersebut tercermin pada realitas yang telah mengkristal sejak zaman dahulu dalam ungkapan adat bertumpu pada Syara, Syara Bertumpu pada Kitabullah.
Dalam tata kehidupan bermasyarakat di Gorontalo, adat dipandang sebagai suatu kehormatan (adab), norma, dan bahkan merupakan pedoman dalam tata laksana pemerintahan.
Baca Juga
Setiap Pohala'a yang artinya keluarga besar di Gorontalo memiliki adat kebiasaan yang berbeda. Sehingga, tidak dapat dipungkiri bahwa Gorontalo memiliki kearifan lokal yang cukup beragam.
Advertisement
Di antara kearifan lokal yang masih dipraktikkan antara lain pemilihan hari baik. Hari baik itu digunakan dalam beberapa hal, diantaranya melangsungkan hajatan baik pernikahan, khitanan, maupun pembeatan, yakni upacara adat bagi seorang perempuan yang telah memasuki masa dewasa.
Tidak hanya itu, upacara adat sejenis juga dilakukan untuk, membangun rumah, menabur benih maupun melakukan penanaman. Demikian pula halnya dengan penentuan hari baik untuk melakukan transaksi jual beli.
"Khususnya orang membeli barang atau peralatan yang memiliki nilai jual relatif tinggi. Misalnya membeli kenderaan, perhiasan maupun barang investasi lainnya seperti tanah, bangunan harus melihat hari baik," kata Saiful Demolawa, salah satu pemangku adat di Gorontalo.
Lowongan dan Kalisuwa
Seperti contoh Lowongan dan Kalisuwa atau hari Sial. Secara harfiah, lowangan diartikan sebagai hari nahas. Sebagian lainnya menafsirkan lowanga sebagai hari kosong atau tidak mendapat apa-apa.
Sedangkan, Kalisuwa dimaknai sebagai hari kelesuan atau sebagian masyarakat lainnya mengartikan sebagai hari kalah suara.
Kalisuwa biasanya hanya berselisih satu hari dengan hari lowanga. Pada kedua hari tersebut, semua aktifitas yang bersejarah atau yang memiliki nilai penting biasanya tidak dilaksanakan.
"Kedua hari tersebut adalah hari yang paling dihindari oleh warga Gorontalo. Saat melakukan aktivitas pasti ada dampak, seperti sial," ujarnya.
"Kalau orang sedang bepergian di hari itu, diminta untuk selalu berdoa. Sebab, jika tidak, biasanya akan mengalami kesialan di jalan seperti kecelakaan," tuturnya.
Begitu juga bagi orang yang melakukan pembelian barang yang mahal. Jika pembelian barang tersebut dilakukan kedua hari itu, maka barang yang dibeli tidak akan bertahan lama di tangan pemilik.
"Misal membeli rumah di hari Kalisuwa dan Loanga, biasanya orang yang tinggal di dalamnya tidak tenang. Misalnya membeli perhiasan, kalau bukan hilang pasti akan dicuri," imbuhnya.
Menurut Saiful, jika Lowanga dan Kalisuwa bisa ditemukan setiap bulan di hari-hari tertentu. Itulah mengapa, jika melakukan aktivitas, orang Gorontalo selalu berpedoman pada kitab hari mereka.
"Ada kalender tersendiri yang korelasinya dengan kalender masehi dan Hijriah. Jadi intinya, orang Gorontalo dulu setiap melakukan aktivitas selalu berpedoman di kalender perbintangan orang tua dahulu," ia menandaskan.