Nestapa Warga di Madura Mandi Sekali Sehari Tiap Kemarau

Warga pernah mendapat bantuan sumur bor, tapi tak menemukan sumber air.

oleh Musthofa Aldo diperbarui 26 Jul 2023, 02:00 WIB
Diterbitkan 26 Jul 2023, 02:00 WIB
Krisis Air
Sumur ini menjadi satu-satunya tumpuan warga Desa Pangeleyan, Tanah Merah, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, untuk memenuhi kebutuhan air bersih saat kemarau.

Liputan6.com, Bangkalan - Di Pangeleyan, sebuah Desa Pertanian di Kecamatan Tanah Merah, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, sapi memiliki fungsi ganda: membajak sawah pada musim hujan dan menarik gerobak air bila tiba musim kemarau.

Gerobak sapi itu seolah menjadi saksi bisu, betapa parahnya krisis air bersih menahun yang melanda desa yang dihuni 135 kepala keluarga ini.

Tahun ini, krisis air bersih di Pangeleyan berlangsung sejak Mei. Debit air sumur di pemukiman warga perlahan menyusut pada awal kemarau, dan mengering total hanya tiga bulan kemudian.

Lalu lalang emak-emak menyunggih ember isi air, juga gerobak sapi yang hilir mudik mengangkut jeriken, menjadi pemandangan yang rutin.

"Sejak saya kecil, kalau kemarau pasti sulit air bersih. Dan tetap begitu sampai sekarang," kata Zaiqhulhaq Alfarisi, pemuda warga Pangeleyan.

Mandi Sekali Sehari

Gerobak Sapi
Karena jarak yang jauh ke sumber air, warga desa Pangeleyan memakai sapi sebagai moda transportasi untuk mengangkut air.

Pada masa sulit itu, kebutuhan air bersih warga bergantung sepenuhnya pada sebuah sumur yang terletak 7 kilometer jauhnya di tengah pesawahan di perbatasan desa.

Moda transportasi gerobak bambu berpenarik sapi itu tercipta karena jauhnya jarak tempuh ke sumur yang berada di perbatasan tiga desa yaitu desa Padurungan, Desa Kranggan Barat dan Pengeleyan.

"Kalau tidak punya sapi, gerobak didorong biasa," kata pemuda 23 tahun yang akrab disapa Ulhaq tersebut.

Makin lama kemarau, antrean warga mengambil air semakin panjang, sementara sumber air dalam sumur tak begitu besar.

Sering, kata Ulhaq, sumur sampai kehabisan debit, sehingga harus menunggu beberapa saat, sampai air di dalam bisa ditimba kembali.

"Saya hanya mandi sekali sehari, sisanya mandi parfum," ujar Ulhaq terkekeh.

Sulit Mata Air

Ibukota Uruguay bergulat dengan krisis air
Orang-orang di Uruguay selalu dapat dengan aman meminum air yang berasal dari keran mereka, tidak seperti di beberapa negara Amerika Latin lainnya. (AP Photo/Matilde Campodonico)

Meski bisa dibilang terlambat, krisis air bersih di Pangeleyan akhirnya direspon Pemerintah Kabupaten Bangkalan. Dinas Pengairan setempat, sempat memberikan bantuan sumur bor pada 2021.

Sayangnya, pengeboran itu tak berbuah hasil. Hingga kedalaman lebih 80 meter, mata bor tak kunjung menjumpai mata air sehingga dihentikan.

Meski gagal, Ulhaq berharap tetap ada upaya dari pemerintah daerah untuk mengatasi situasi tersebut. Jika pengeboran biasa tak mampu menemukan sumber air, pemda bisa mendatangkan ahli dengan peralatan yang lebih canggih untuk mendeteksi mata air.

"Kalau memungkinkan, kami ingin ada layanan PDAM khusus ke Desa Pengeleyan," dia menambahkan.

Sejak sulit air melanda tahun ini, Pemkab Bangkalan telah memberikan bantuan air bersih lewat mobil tangki. Namun, karena hanya sekali, warga penerima tidak merata, ada yang tidak kebagian.

"Tapi Alhamdulillah, banyak organisasi yang peduli dengan kami, dan akan mengirim bantuan air bersih. Besok ada bantuan dari organisasi Hisan 10 tangki air," dia menandaskan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya