Liputan6.com, Jakarta - Ki Bagus Rangin merupakan salah satu tokoh pejuang asal Cirebon yang memimpin pemberontakan terhadap Belanda. Dikenal dengan Perang Kedongdong, perlawanan masyarakat Cirebon tersebut membuat Belanda rugi ribuan gulden.
Dirangkum dari berbagai sumber, Ki Bagus Rangin diyakini lahir sekitar tahun 1761. Ia dengan lantang dan berani menentang serta memimpin pemberontakan melawan Belanda selama Perang Cirebon pada kurun waktu 1805-1812.
Cerita pertarungan bagus Rangin hampir tenggelam karena orang Indonesia lebih tahu tentang perang Diponegoro. Di Cirebon terjadi perang melawan penjajah Belanda yang diberi nama Perang Kedongdong.
Advertisement
Baca Juga
Pertarungan tersebut dikenal oleh masyarakat setempat sebagai “Perang Kedongdong”. Perang tersebut merupakan pemberontakan besar pertama di Pulau Jawa melawan penjajah Belanda.
Adapun daerah-daerah lainnya yang membantu Ki Bagus Rangin adalah berasal dari daerah Jatitujuh, Rajagaluh, Bangawan Wetan, Sumber, Bantarjati, Cikao, Kandanghaur, Kuningan, Linggarjati, Luragung, Maja, Sumedang, Karawang dan Subang.
Perlawanan yang dilancarkan Ki Bagus Rangin membuat pasukan Kompeni kewalahan. Selain itu, perjuangan Ki Bagus Rangin mendapat dukungan dari masyarakat luas.
Nama Jalan
Pertempuran antara pasukan Bagus Rangin melawan penjajah Hindia Belanda pertama kali terjadi pada tanggal 25 Februari 1806. Berdasarkan resolusi pemerintah kolonial Hindia Belanda yang menyatakan bahwa terjadi kerusuhan masyarakat di Cirebon pada hari itu.
Kemudian, Perang Bantarjati 16-29 Februari 1812 menjadi yang terakhir dan berakhir dengan kekalahan dari Bagus Rangin. Akhirnya pada tanggal 27 Juni 1812, Bagus Rangin berhasil ditangkap Belanda di daerah Panongan.
Pada 12 Juli 1812, Bagus Rangin dijatuhi hukuman mati dengan cara dipancung di daerah Karanggulung, di tepi Sungai Cimanuk. Namun semangat pelindung kaum tertindas harus tetap dihormati dan ia harus melanjutkan perjuangannya.
Nama Bagus Rangin kini terdaftar sebagai nama jalan di Bandung dan Cirebon.
Penulis: Belvana Fasya Saad
Advertisement