Liputan6.com, Yogyakarta - Masyarakat di Jawa, Sunda, hingga Madura, masih melaksanakan tradisi rebo wekasan atau rebo pungkasan. Tahun ini, tradisi yang dilakukan sebagai tolak bala ini akan jatuh pada 13 September 2023 atau 28 Safar 1445 Hijriah.
Sesuai namanya, rebo wekasan merujuk pada tradisi Jawa yang dilakukan pada Rabu terakhir di bulan Safar dalam kalender Islam. Rebo wekasan dianggap menjadi hari paling sial sepanjang tahun, sehingga perlu dilakukan ritual untuk meminta perlindungan dari Tuhan.
Mengutip dari berbagai sumber, masyarakat Jawa percaya bahwa hari Rabu terakhir pada Bulan Safar merupakan hari nahas dari kepercayaan lama kaum Yahudi. Pada Bulan Safar 1602, beredar kabar rencana penjajahan Belanda di Jawa.
Advertisement
Masyarakat pun melaksanakan serangkaian ritual untuk menolak kedatangan penjajah. Ritual ini kemudian berkembang menjadi tradisi rebo wekasan.
Kemuncukan tradisi ini juga berhubungan erat dengan penyebaran agama Islam di Indonesia. Abdul Hamid Quds berpendapat, terdapat 32.000 bala yang diturunkan Allah ke bumi pada hari Rabu terakhir setiap tahun di bulan Safar.
Sementara itu, Wali Songo juga berperan dalam berkembangnya tradisi ini. Sunan Giri memberikan petunjuk sumber air ketika kekeringan dan berpesan untuk mengadakan upacara adat rebo wekasan.
Untuk melaksanakan tradisi ini, beberapa wilayah pun melakukan serangkaian kegiatan. Masyarakat di beberapa daerah akan melaksanakan salat tolak bala, selamatan, hingga puasa tolak bala.
Karena dianggap sebagai hari paling sial sepanjang tahun, rebo wekasan juga lekat dengan beberapa larangan. Saat rebo wekasan, masyarakat dilarang menggelar pernikahan, berhubungan intim, serta dilarang bepergian.
Meski demikian, beberapa wilayah juga memiliki cara tersendiri untuk melaksanakan tradisi rebo wekasan. Terlepas dari hal itu, tradisi ini menjadi salah satu tradisi sakral yang masih dilakukan hingga sekarang.
(Resla Aknaita Chak)