Cokekan, Kesenian Tradisional Jawa Timur yang Memadukan Musik, Tembang Jawa, dan Tari

Selain sebagai hiburan ringan, cokekan juga masih kerap dipertunjukkan dalam upacara-upacara tradisional di daerah pedesaan.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 30 Sep 2023, 09:00 WIB
Diterbitkan 30 Sep 2023, 09:00 WIB
Kendang
Kendang hasil tangan Bucrak mampu terjual dari Singapura, Prancis, hingga Belanda.

Liputan6.com, Surabaya - Salah satu kesenian Jawa Timur yang mulai jarang dikenal adalah cokekan. Cokekan merupakan sebuah miniatur grup karawitan.

Mengutip dari ponorogo.go.id, dalam cokekan terdapat pemain kendang, siter, gender, dan gong bumbung berbahan bambu. Perpaduan musik tersebut dimainkan untuk mengiringi pesinden yang melantunkan tembang Jawa.
Cokekan memangkas jumlah pengrawit dalam satu kelompok karawitan. Hal itu sama seperti pemain elektone yang meniadakan personel lainnya dalam grup band.

Selama ini, cokekan juga identik dengan pemain gamelan yang mengamen. Cokekan juga cocok dijadikan pengiring untuk menjamu para tamu di rumah makan.

Mengutip dari warisanbudaya.kemdikbud.go.id, cokekan berkembang di wilayah Jawa Timur, khususnya Magetan dan sekitarnya. Selain sebagai hiburan ringan, cokekan juga masih kerap dipertunjukkan dalam upacara-upacara tradisional di daerah pedesaan.

Selain musik dan nyanyian, cokekan juga menampilkan tarian yang dimainkan oleh beberapa orang tledek (penari). Umumnya, tledek adalah seorang perempuan yang sudah berumur paruh baya.

Kehadiran cokekan tak hanya mendapatkan pengakuan dari dalam negeri. Ternyata, cokekan juga sudah mendapat pengakuan dari UNESCO sebagai warisan budaya takbenda bersama enam jenis gamelan asli Jawa lainnya pada 2013 lalu.

Kehadiran cokekan menambah kekayaan kesenian tradisional yang dimiliki Indonesia. Oleh karena itu, kesenian ini harus terus dilestarikan agar tak lekang tergerus perkembangan zaman.


(Resla Aknaita Chak)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya