Petani Gagal Panen Karena Cuaca Panas, Harga Cabai Rawit Meroket di Gorontalo

Hingga awal oktober 2023, sejumlah komoditas pangan mengalami kenaikan. Tercatat harga cabe rawit mengalami kenaikan selama tiga hari berturut-turut, yang puncaknya pada 29 September berada pada harga Rp50.000 per kilogram.

oleh Arfandi Ibrahim diperbarui 06 Okt 2023, 08:00 WIB
Diterbitkan 06 Okt 2023, 08:00 WIB
Tomat Gorontalo
Harga komoditi bumbu dapur di pasar tradisional Gorontalo anjlok (Arfandi Ibrahim/Liputan6.com)

Liputan6.com, Gorontalo - Musim kemarau yang masih melanda Provinsi Gorontalo membuat sejumlah bahan pokok naik. Salah satunya bumbu dapur di sejumlah pasar tradisional di tanah Serambi Madinah.

Pantauan Liputan6.com, hingga awal bulan Oktober 2023, sejumlah komoditas pangan mengalami kenaikan. Tercatat harga cabe rawit mengalami kenaikan selama tiga hari berturut turut, yang puncaknya pada 29 September berada pada harga Rp50.000 per kilogram.

Selain cabe rawit, harga cabe merah keriting juga mengalami kenaikan harga, pada tanggal 26 dan 27 September masing-masing Rp35.000 per kilogram (kg) dan Rp35.833 per kg.

Selanjutnya di tanggal 29 September kembali naik di harga Rp37.917 per kilogram. Peningkatan harga juga terjadi untuk komoditi bawang merah dan bawang putih.

Harga bawang merah yang sebelumnya dilaporkan sebesar Rp27.917 per kilogram, memasuki tanggal 26 sampai dengan 29 September terus alami kenaikan. Puncaknya pada 29 September dilaporkan harga bawang merah sebesar Rp30.000 per kg.

“Untuk harga bawang putih sendiri terpantau pada Minggu ke empat tanggal 25 hingga 29 September 2023, alami kenaikan harga yang moderat berkisar antara Rp42.083 hingga Rp42.917/kg. Tetapi harga ini masih diterima oleh konsumen atau pasar, dibandingkan harga bawang merah,” kata Kepala Bidang Statistik Debby Habibie Senin (2/10/2023).

Sementara itu, untuk harga komoditi lain seperti beras, gula pasir dan tepung terigu, terpantau relatif stabil masing masing Rp13.645, Rp16.000 dan Rp13.000. Jenis minyak goreng curah juga dilaporkan stabil masing-masing diharga Rp22.000 dan Rp 15.300 per liter.

"Ada pula jenis MinyaKita yang tetap stabil di harga Rp15.000 per liter," ungkapnya.

“Terakhir pergerakkan harga daging sapi, telur dan daging ayam kami pantau stabil. Daging sapi di harga Rp130.000 per kg, telur Rp32.000 per kg dan daging ayam di harga Rp28.750 per kg. Hal ini menghilangkan kekhawatiran akan kenaikan harga yang tiba tiba,” imbuhya.

Simak juga video pilihan berikut:

Keluhan Pembeli

Sejumlah harga bahan pokok tersebut diperkirakan akan terus naik. Sebab, musim kemarau yang menyebabkan petani gagal panen, saat ini masih berlangsung.

Saat ini para pedagang maupun pembeli di pasar tradisional Gorontalo mengeluhkan adanya kenaikan sejumlah bahan pokok. Salah satunya cabai rawit yang kini harganya melonjak drastis dalam sepekan terakhir.

Sebelumnya harga cabai rawit hanya berada di kisaran Rp 30 ribu per kg, kini sudah berada di harga Rp50-55 ribu per kg. Hal ini membuat sejumlah pengusaha rumah makan harus gigit jari. Mereka mengaku jika naiknya harga cabai rawit sangat berpengaruh pada keuntungan mereka.

"Sangat kami rasakan memang dalam sepekan ini. Cabai mahal, sementara orang Gorontalo itu paling suka konsumsi makanan pedas," kata Harnani salah satu pengusaha warung makan di Gorontalo kepada Liputan6.com, Rabu (04/10/2023).

"Di mana lagi keuntungan kami jika cabai rawit satu kilo hanya habis dalam dua hari. Sementara saat ini lagi mahal," keluhnya.

Dirinya hanya bisa berharap agar pemerintah melakukan operasi pasar atau melaksanakan pasar murah. Dengan begitu, dirinya yakin harga akan cenderung stabil dan mengikuti harga dari pemerintah.

"Kalau sudah ada bazar murah yang menjual bahan pokok, saya yakin ini ampuh menurunkan harga," tegasnya.

Penjelasan Petani

Sementara itu, petani cabai rawit Kasman Kiayi mengaku, jika mahalnya cabai rawit di berbagai daerah disebabkan oleh gagal panen. Khusus di Gorontalo, mereka mengalami gagal panen lantaran cabai rawit mereka tidak mendapat asupan air.

"Musim kemarau buah cabai tidak berbuah maksimal. Dengan begitu hama juga berkembang lebih banyak, jadinya produksi turun," kata Kasman.

Menurut Kasman, jika hal ini terjadi akibat cuaca panas yang menerjang Gorontalo saat ini. Apalagi di Gorontalo saat ini sudah 4 bulan berjalan belum turun hujan.

"Cuaca panas inilah yang mengakibatkan organisme pengganggu tanaman cepat berkembang, Dari situlah hama muncul. Sementara hujan tak kunjung turun," ia menandaskan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya