Liputan6.com, Jakarta - Walewangko, adalah sebuah rumah adat khas dari Sulawesi Utara yang memiliki ciri-ciri unik, salah satunya adalah pola dan hiasannya. Terdapat tiga motif dan hiasan yang digunakan, yaitu motif alam, motif tumbuhan, dan motif binatang. Selain itu, terdapat filosofi yang mendalam terkait dengan rumah adat suku ini.
Walewangko sebenarnya adalah nama sebuah desa di Kecamatan Langowan Barat, Sulawesi Utara. Kata "Walewangko" sendiri berasal dari gabungan kata "Wale" dan "Bale," yang berarti rumah untuk melakukan berbagai kegiatan bersama keluarga. Dalam bahasa Indonesia, "Walewangko" dapat diterjemahkan sebagai "rumah Pewaris."
Baca Juga
Menurut informasi yang terdapat di situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), rumah adat Walewangko tidak hanya berfungsi sebagai simbol budaya yang khas bagi masyarakat suku Minahasa, tetapi juga memiliki peran historis sebagai tempat kediaman bagi para pemimpin adat di masa lalu.
Advertisement
Rumah Adat Walewangko memiliki ciri khas yang mencakup desain simetris pada bagian depannya, dua tangga sebagai pintu masuk yang menghadap berlawanan, dan sebuah pagar berukir yang mengelilingi halaman depan. Selain itu, Rumah Adat Walewangko memiliki beragam makna dan nilai yang terkait dengannya, termasuk dalam bidang arsitektur, ekonomi, pendidikan, serta sebagai tempat perlindungan, perkembangan keluarga, dan tempat pemujaan.Â
Â
Pembagian Ruangan Rumah Walewangko
Rumah ini tidak memiliki dinding kamar dari papan dan juga tidak memiliki loteng. Bentuk rumah adat ini adalah rumah panggung dengan tiang-tiang penyangga yang kuat dan kokoh. Biasanya, terdapat 16 hingga 18 tiang penyangga, serta dua tangga di bagian depan rumah.
Keistimewaan Walewangko terletak pada tiang-tiang penyangga rumahnya yang tidak boleh disambung. Awalnya, rumah adat suku Minahasa ini hanya terdiri dari satu ruangan, dan jika ada ruangan tambahan, harus dipisahkan dengan menggunakan tali rotan atau tali ijuk, serta tikar yang digantung sebagai pemisah. Â
Dua tiang penyangga tidak boleh disambung. Bagian kolong rumah Walewangko seringkali digunakan sebagai tempat penyimpanan hasil panen atau disebut godong.
Sama halnya dengan rumah adat lainnya, rumah adat Walewangko juga terbagi menjadi beberapa ruangan yang memiliki fungsi masing-masing, yaitu:
A. Bagian Depan Rumah
Lesar
Bagian depan rumah Walewangko yang disebut "Lesar" dilengkapi dengan dinding sehingga terlihat seperti sebuah beranda. Biasanya, Lesar digunakan oleh para pemangku adat dan kepala suku untuk berbicara atau memberikan maklumat kepada masyarakat.
Sekay
Bagian depan lainnya adalah yang disebut "Sekay," berbeda dengan Lesar, Sekay memiliki dinding yang terletak langsung setelah pintu masuk rumah. Sekay berfungsi sebagai ruang penerima tamu dan tempat penyelenggaraan berbagai acara atau jamuan.
Pores
Ruangan selanjutnya adalah "Pores," yang berfungsi sebagai tempat untuk menerima tamu yang masih memiliki hubungan kekerabatan. Kadang digunakan sebagai tempat untuk menerima tamu perempuan serta sebagai ruang untuk aktivitas sehari-hari. Biasanya, Pores terhubung langsung dengan dapur, tempat tidur, dan ruang makan. Â
Advertisement
Pembagian Ruangan Rumah Walewangko
B. Bagian Belakang Rumah
Di bagian belakang rumah terdapat balai-balai yang digunakan untuk menyimpan alat makan, peralatan memasak, serta tempat mencuci. Di atasnya terdapat loteng atau "Soldor" yang berfungsi untuk menyimpan hasil panen seperti padi, jagung, kelapa, dan sebagainya.
C. Bagian Kolong Rumah
Bagian kolong rumah biasanya digunakan untuk menyimpan alat-alat pertanian, gerobak, papan, kayu, balok, serta sebagai tempat untuk kandang hewan peliharaan atau ternak.
Karena rumah Walewangko dibangun dengan bentuk panggung, terdapat tangga di bagian depan sebelah kiri dan kanan. Tangga depan rumah dipercaya dapat mengusir roh jahat. Jika ada roh jahat yang naik melalui satu tangga, ia diyakini akan turun melalui tangga lainnya. Â